Salah satunya adalah berteman dengan kaum terpelajar bernama Jan Ten Hove Salah; pendeta Belanda di Maumbi, yang membuatnya terinspirasi untuk memajukan kaum wanita di Minahasa.
Pola pikir yang berkembang serta pengalaman singkat mengenyam pendidikan akhirnya menghantarkan Maria pada keinginannya mendobrak batasan yang mengekang hak perempuan.
Pada usia 18 tahun Maria menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda, seorang guru bahasa di HIS Manado, yang kemudian mengajaknya pindah dan menetap di Manado.
Pernikahan ini turut berperan dalam proses perjuangannya karena Maria jadi belajar banyak hal tentang keadaan masyarakat Sulawesi, sehingga semakin yakin akan dorongan hatinya untuk memajukan perempuan dalam mendapatkan hak-hak mereka.
Maria kerap aktif menulis opini yang menyoroti arti penting sosok ibu dan perempuan di kehidupan (terutama dalam pendidikan anak), pada surat kabar setempat bernama Tjahaja Siang.
1. Mendirikan PIKAT
Proses perjuangannya semakin dikenal, hingga pada 8 Juli 1917, dibantu oleh suami dan rekan-rekannya, Maria mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya).
PIKAT sendiri bertujuan untuk mendidik kaum perempuan yang tamat sekolah tingkatan rendah dari berbagai macam kalangan;
menyediakan suatu waktu bagi kaum perempuan Minahasa agar mereka dapat saling bergaul dan mengenal, membawa masa depan pemuda Minahasa, dan membiasakan para perempuan Minahasa untuk mengeluarkan dan merumuskan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya secara bebas.
Disambut antusias dan mendapatkan banyak dukungan, dalam beberapa waktu PIKAT kemudian berkembang dalam beberapa cabang bahkan di luar wilayah Minahasa.