Sering menerima perilaku body shaming dari orang sekitarnya, membuat Sealy berpikir pentingnya citra dirinya di mata orang lain.
“Aku sempat pikir, apa salahnya jadi orang bertubuh plus size, apa kita seburuk itu di mata orang lain? Padahal aku tidak pernah menggangu orang lain,” ujar Sealy.
Dibandingkan menyimpan kesedihan atas semua masalah yang dialaminya sendirian, Sealy memilih untuk terbuka dengan hal yang menggangu dirinya.
“Keputusanku untuk terbuka dengan orang yang tepat adalah pilihan yang sangat tepat buatku, karenanya aku tumbuh menjadi Sealy yang sekarang ini, tidak minder tapi percaya diri dan tahu siapa diri dan nilai aku yang sebenarnya,” tuturnya.
Sejak saat itulah, Sealy belajar menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri untuk mencapai definisi bahagia dan sukses dalam hidupnya.
“Dengan menerima seutuhnya diri aku, aku jadi percaya diri, menghargai segala perbedaan yang ada pada diri aku dan orang lain,” ungkapnya.
Pengalaman Berharga Menjadi Penyintas Body Shaming #InspirasiCantik
Banyak hal pastinya telah Sealy lewati sebagai penyintas body shaming hingga memberikan pengalaman berharga dalam hidupnya.
Tak hanya dampak negatif, hal positif pun Sealy dapatkan dari perilaku body shaming yang sering diterimanya.
“Sering menerima perilaku body shaming pada waktu itu membuat aku sempat berpikir kalau seseorang yang tidak memiliki bentuk tubuh, dalam hal ini plus size akan selalu dipandang sebelah mata. Namun, seiring berjalannya waktu pengalaman itu membuat aku memiliki mental seperti baja,” ujar Sealy.
Di tengah perjuangannya melawan rasa insecure, ia menyadari pentingnya mencintai diri sendiri terlebih dahulu untuk bangkit dan semangat melewati semua hal yang terjadi dalam hidupnya.