Khairiah: "Sejauh ini aku lebih suka tiduran atau istirahat penuh kalau misalnya badan terasa sakit dan perut terasa nyeri (kram) saat haid. Karena aku tidak mau bergantung pada obat, jadi aku lebih fokus mengistirahatkan badan saja."
Lebih condong memilih pembalut yang seperti apa?
Khairiah: "Aku biasa menggunakan pembalut yang dijual di minimarket. Di beberapa waktu ketika haid tidak terlalu deras, aku pakai pembalut yang bersayap dan panjangnya standar. Aku merasa terbantu dan tidak khawatir dalam beraktivitas."
Apakah pernah menggunakan alat lain untuk menampung darah haid selain pembalut?
Khairiah: "Saat awal-awal haid waktu SMP aku pernah pakai kain, karena masih takut untuk pakai pembalut. Kalo pakai kain sebenarnya kurang nyaman karena enggak dilengkapi dengan perekat seperti pembalut, jadi khawatir lepas saat berkegiatan.
Tapi akhirnya aku lebih sering menggunakan pembalut pada umumnya karena merasa jauh lebih aman untuk dibawa bergerak."
Apakah ada pengalaman tidak terlupakan seputar haid yang pernah kamu alami?
Khairiah: "Pengalaman paling berkesan adalah saat pertama kali mengalami haid. Waktu itu aku masih menempuh pendidikan di Pondok Pesantren, kelas 8 SMP. Aku yang saat itu masih memiliki pemikiran yang polos, merasa dikejutkan dengan adanya bercak darah di celana dalam. Aku merasa takut dan khawatir jika menceritakan hal ini pada teman-teman.
Akhirnya, aku minta waktu izin menghubungi keluraga kepada ustazah, agar aku dijemput pulang dengan alasan sakit. Ketika di rumah, aku diajarkan oleh Kakak bagaimana menghadapi situasi saat haid datang.