Stylo Indonesia - Maggie Hutauruk-Eddy adalah seorang desainer mode Indonesia dengan brand miliknya sendiri yaitu 2Madison Avenue.
2Madison Avenue sendiri telah memiliki butik yang berada di Jakarta dan New York, Amerika Serikat.
Maggie juga dikenal sebagai salah satu desainer Indonesia yang kerap menggunakan kain wastra Indonesia dalam koleksinya.
Begitu pun pada ‘It’s Time!’, koleksi terbarunya yang ditampilkan pada Selasa (29/03/22) lalu di Intercontinental Pondok Indah, Jakarta.
“Sudah empat sampai lima tahun ini aku pasti bikin koleksi yang ada wastranya,” ujarnya ketika diwawancarai Stylo Indonesia.
Dalam koleksi terbarunya kali ini, Maggie menggunakan wastra tenun Bali, tenun Sengkang khas Makassar, dan ulos.
“Memang aku sangat menyukai wastra dari Makassar, dan pasti ada ulos karena aku orang Batak,” jelasnya.
“Tapi kali ini aku membawa wastra dari Bali juga. Ada tenun Bali, dan aku pikir aku ingin bereksperimen lebih dengan itu karena orang Bali tenunnya juga banyak warna,” lanjut Maggie.
Dalam koleksinya kali ini, tenun Bali diaplikasikan pada sebuah pakaian berpotongan off-the-shoulder dengan motif checkered kombinasi warna ungu dan oranye.
Maggie turut menjelaskan perbedaan antara tenun Makassar yang sudah lebih dahulu digunakannya dengan tenun Bali.
“Kalo Makassar sebenarnya sudah advanced banget ya, bahannya itu sudah lebih modern dan mereka bisa memproduksinya sangat cepat. Kalau tenun Bali kan masih (tradisional),” ujarnya.
Maggie juga menceritakan kisah uniknya dalam mendapatkan kain tenun Bali untuk digunakan pada koleksi terbarunya ini.
Alih-alih memesan motif secara custom untuk koleksinya sendiri, Maggie justru mencari motif tenun yang sudah dibuat oleh UMKM hingga menemukan pilihan yang cocok menurutnya.
Maggie sendiri merasa wastra dari Makassar dan Bali memiliki banyak sekali pilihan warna, sehingga sudah ada banyak pilihan.
Justru baginya sebagai seorang desainer, dapat menciptakan busana dari bahan yang ada merupakan tantangan tersendiri bagi kreativitasnya.
Uniknya lagi, Maggie justru mencari wastra untuk koleksinya dengan cara belanja online lantaran kesulitan bepergian selama pandemi.
Bagi Maggie, ini adalah salah satu tantangan di masa pandemi, di mana kita kehilangan kemewahan untuk dapat bepergian, termasuk bagi desainer untuk pergi ke desa menemukan pengrajin wastra.
Dalam kondisi ini, Maggie menyadari bahwa kita perlu menjadi sangat efisien dan sangat kreatif, sebab kita perlu melakukan banyak hal dari tempat kita saja.
Meski begitu, tentunya ada tantangan yang dialami oleh Maggie seperti salah membeli hingga bahannya tidak bisa digunakan, sehingga harus terus mencari hingga menemukan yang cocok.
“Gak langsung dapat, mungkin ada empat sampai lima vendor yang enggak bisa aku pakai lagi, and that’s okay, itu bagian dari risikonya,” jelas Maggie.
“Metode untuk membuat kreasi baru sudah harus berubah, aku harus bisa mendesain lebih cepat lagi, lebih efektif lagi,” tambahnya.
Dengan penggunaan tenun Bali pada koleksinya ini, Maggie juga berharap tenun bisa mendapatkan apresiasi lebih hingga banyak digunakan pada kegiatan sehari-hari seperti kain batik.
“Menurutku semakin kita ekspos jenis tenun ini, akan lebih banyak orang memakai tenun di kegiatan yang biasa-biasa saja,” ujarnya.
Maggie mencontohkan hari Jumat sebagai hari Batik, di mana banyak perusahaan atau organisasi mendorong anggotanya untuk mengenakan pakaian Batik di hari Jumat.
Maggie berharap apresiasi yang sama juga diberikan untuk secara khusus menggunakan tenun di hari tertentu.
“Padahal yang batik cuma dibuat di pulau Jawa, bagaimana dengan pulau lainnya di Indonesia?,” tukas Maggie.
Bagaimana denganmu, Stylovers? Tampaknya menarik ya kalau dalam setiap pekan ada hari khusus di mana kita dapat mengapresiasi tenun dengan menggunakannya secara bersamaan? (*)
Baca Juga: Brand Busana Muslimah Fathiyyah Berhasil Mencuri Perhatian dengan Tenun Aceh di Indonesia Hijab Walk