“Kalo Makassar sebenarnya sudah advanced banget ya, bahannya itu sudah lebih modern dan mereka bisa memproduksinya sangat cepat. Kalau tenun Bali kan masih (tradisional),” ujarnya.
Maggie juga menceritakan kisah uniknya dalam mendapatkan kain tenun Bali untuk digunakan pada koleksi terbarunya ini.
Alih-alih memesan motif secara custom untuk koleksinya sendiri, Maggie justru mencari motif tenun yang sudah dibuat oleh UMKM hingga menemukan pilihan yang cocok menurutnya.
Maggie sendiri merasa wastra dari Makassar dan Bali memiliki banyak sekali pilihan warna, sehingga sudah ada banyak pilihan.
Justru baginya sebagai seorang desainer, dapat menciptakan busana dari bahan yang ada merupakan tantangan tersendiri bagi kreativitasnya.
Uniknya lagi, Maggie justru mencari wastra untuk koleksinya dengan cara belanja online lantaran kesulitan bepergian selama pandemi.
Bagi Maggie, ini adalah salah satu tantangan di masa pandemi, di mana kita kehilangan kemewahan untuk dapat bepergian, termasuk bagi desainer untuk pergi ke desa menemukan pengrajin wastra.
Dalam kondisi ini, Maggie menyadari bahwa kita perlu menjadi sangat efisien dan sangat kreatif, sebab kita perlu melakukan banyak hal dari tempat kita saja.
Meski begitu, tentunya ada tantangan yang dialami oleh Maggie seperti salah membeli hingga bahannya tidak bisa digunakan, sehingga harus terus mencari hingga menemukan yang cocok.