Srikandi untuk Negeri, Cerita Nana Riwayatie Terkait Geliat UMKM Indonesia dalam Menghadapi Pandemi dan Digitalisasi

By Layla Ekrep, Senin, 4 April 2022 | 19:50 WIB
Induk UMKM Indonesia (Dok. Sylo Indonesia)

Contohnya saat Nana Riwayatie berkunjung ke Lombok, beliau mendapati mirisnya keadaan pengrajin UMKM yang mana produk UMKM tersebut tidak ada yang laku selama 2 tahun pandemi melanda.

Lain hal di Yogyakarta, meski juga mengalami penurunan pelanggan, strategi lain yang UMKM terapkan adalah membuat sebuah ide baru yaitu memasarkan produk dengan cara mengajarkan membatik pada anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa.

Baca Juga: Mengenal Kakak Angkat Ahok Nana Riwayatie, Sosok di Balik Perjuangan UMKM Lokal Indonesia

Jika dilihat dari sudut pandang selera konsumen, beberapa menganggap bahwa produk UMKM memiliki harga yang mahal saat pandemi sehingga ini juga dapat menurunkan penjualan produk UMKM tersebut.

Nana Riwayatie menyikapi hal ini dengan berkata, "Harga untuk sekarang mungkin naik dikarenakan bahan dasar seperti benang dan kancing, itu didatangkan dari luar sehingga mahal. Soalnya selama pandemi, kargo jadi mahal karena kurangnya jadwal penerbangan pesawat. Jadi, faktor transportasi atau dari mana barang didatangkan itu memiliki kualitas berbeda-beda juga".

Wastra Indonesia (Dok. Stylo Indonesia)

Selama Nana menjabat posisi sebagai Ketua Umum Induk UMKM periode 2021-2025, beliau telah melakukan beberapa hal guna membantu pelaku UMKM daerah yang tengah mengalami kesulitan untuk bertahan.

Beberapa di antaranya adalah membantu menjalin hubungan dan mencarikan relasi, ikut memasarkan melalui sosial media, serta membuat strategi pemasaran baru yang sesuai dengan keadaan saat pandemi.

Beliau juga berpesan untuk pelaku UMKM Indonesia bahwa usaha UMKM harus lebih jeli dan cepat bertindak untuk mengantisipasi perubahan apa pun, pembinaan dan komunikasi yang baik juga bisa jadi strategi pengrajin daerah bertahan.

#UMKM Indonesia dan Digitalisasi

"Digital untuk sekarang adalah hal yang paling di depan. Bisa dibilang jika tidak menghadapi digitalisasi berarti kita keterbelakangan. Mau tidak mau, kita yang harus menyesuaikan seperti mengubah sistem, strategi, alat, dan semacamnya", ungkap Nana saat ditanya pendapat beliau mengenai digitalisasi. 

Pengusaha UMKM daerah harus siap untuk mengikuti zaman, dan tantangan bagi Stakeholder adalah bagaimana agar digitalisasi ini merata untuk seluruh pelaku UMKM di Indonesia.