Stylo Indonesia - Hampir memasuki akhir tahun di 2021, dunia masih diselimuti kegelisahan akan pandemi Covid-19 yang belum juga usai.
Pemberian vaksin Covid-19 juga terus gencar dilaksanakan, demi memperkuat sistem imun masyarakat terhadap serangan virus corona.
Sudah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis kedua, kini kemunculan vaksin booster kembali memunculkan perdebatan.
Baca Juga: Efek Samping Vaksin Covid-19 Moderna, Benarkah Lebih Parah dari AstraZeneca?
Apakah vaksin dosis ketiga atau vaksin booster ini benar-benar penting untuk diberikan ke masyarakat umum?
Lalu siapa saja yang benar-benar butuh untuk mendapatkan vaksin booster ini?
Yuk simak penjelasan berikut, Stylovers!
Baru-baru ini, sebuah studi di India menemukan penurunan besar dalam antibodi Covid-19 dalam kurun waktu 4 bulan setelah vaksinasi.
Dikutip dari Reuters, sebuah penelitian terhadap 614 petugas kesehatan yang divaksinasi penuh di India menemukan penurunan "signifikan" dalam antibodi penangkal Covid-19 mereka dalam 4 bulan sejak suntikan pertama.
Di antara peserta ini, 308 (50,2%) adalah penerima vaksin Covishield dan sisanya 306 (49,8%) menggunakan vaksin Covaxin.
Sebanyak 81 kasus terobosan tercatat di antara peserta kohort yang infeksi pasca vaksinasi bertindak sebagai booster.
Baca Juga: 7 Makanan Ini Bisa Maksimalkan Kinerja Vaksin Covid-19, Yuk Konsumsi Sebelum dan Sesudahnya!
Sisanya 533 petugas kesehatan tanpa riwayat infeksi pasca vaksinasi menunjukkan penurunan antibodi yang signifikan baik dari T3 (penerima Covaxin) atau T4 (penerima Covishield).
Tetapi studi di India, yang diterbitkan di platform pracetak Research Square belum ditinjau oleh rekan sejawat atau masih dalam tahap prescreen.
Namun akibat studi tersebut, pemerintah India tengah mempertimbangkan, apakah akan memberikan vaksin booster seperti yang telah dilakukan beberapa negara Barat.
Sebagai pembanding, justru lebih banyak studi lain yang menyatakan vaksin Covid-19 dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh.
Sementara itu di Indonesia, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, tubuh akan kembali membentuk antibodi meski terjadi penurunan titer.
"Antibodi bisa turun tapi selama ada sel memori yang mengingat antigen Covid-19, begitu tertular virus Covid-19, tubuh akan membentuk kembali antibodi untuk memberikan perlawanan," ujarnya, Kamis (5/8/2021).
Vaksin membentuk sistem imun yang bersifat adaptif yang didalamnya terdapat sel memori dan antibodi.
"Sel memori akan bekerja dan merespons apabila terjadi paparan terhadap antigen Covid-19. Dengan adanya sistem imun yang adaptif, ia akan lebih sigap dan lebih cepat menetralisir ketika virus masuk," jelas Nadia.
Baca Juga: Vaksin Sinovac Dosis ke-3 Diklaim Lebih Efektif Lawan Covid-19 Varian Delta, Ini Kata Ahli!
Lapor Covid-19 juga mengingatkan bahwa alasan vaksin booster diberlakukan adalah untuk melindungi para tenaga kesehatan.
Merekalah yang harusnya mendapatkan vaksin ketiga ini, diikuti para lansia.
Jadi belum perlu untuk masyarakat umum di Indonesia.
Ini diperkuat dengan pernyataan bahwa penguat vaksin Covid-19 tidak dibutuhkan secara luas, kata sekelompok ilmuwan internasional yang dikoordinir oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah laporan baru di jurnal medis.
Laporan tersebut, yang diterbitkan di The Lancet pada hari Senin (13/09/2021), menyimpulkan bahwa bahkan dengan ancaman varian Delta yang lebih menular, dosis booster untuk populasi umum tidak sesuai alias belum diperlukan pada tahap pandemi ini. (Traya/Stylo)(*)
Artikel ini telah tayang di GridHealth.id dengan judul, "Studi Terbaru di India Antibodi Covid-19 Akan Turun dalam 4 Bulan Setelah Vaksinasi, Pemerintahnya Pertimbangkan Pemberian Booster, WHO Sebut Belum Perlu".
Penulis: Nikita Yulia Ferdiaz
Editor: Soesanti Harini Hartono