Setiap orang pasti pernah berada di titik terendah dalam hidupnya, termasuk Bunga.
Memiliki tubuh yang gemuk membuat Bunga menerima perilaku body shaming dari orang sekitarnya.
“Aku dijauhi, ditinggalkan orang terdekat bahkan tidak dijadikan pemenang pada salah satu ajang kebudayaan hanya karena memiliki bentuk tubuh yang tidak ideal,” cerita Bunga penuh haru.
Diakui Bunga, perilaku body shaming yang diterimanya sangat membekas dalam hati dan pikirannya hingga mempengaruhi kondisi kesehatan mentalnya.
Tak ingin terus menjadi sasaran empuk body shaming orang sekitarnya, Bunga berusaha bangkit dari keterpurukannya.
“Awalnya sedih banget, tapi setelah dipikir lagi dengan berlarut dalam kesedihan nggak akan mengubah apapun, yang ada cuman memperburuk keadaan,” ujar Bunga.
Menyadari apa yang dilakukannya justru memperburuk kesehatan dirinya, Bunga memutuskan untuk mengubah mindsetnya terlebih dahulu.
“Akhirnya yang kuperbaiki adalah mindsetku, merubah dari yang ‘apa yang aku kerjakan untuk menyenangkan orang lain’ ke ‘apa yang aku kerjakan untuk membuat aku bahagia’,” tuturnya.
Dirasakan Bunga, ketika ia sudah bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan dirinya, perempuan cantik berambut panjang tersebut lebih mudah menjalani aktivitasnya, bergaul hingga berkarya.
“Aku menyibukan diri dengan menjalani hobi membuat konten tentang fashion plus size dan melakukan hal baru apapun yang ingin aku lakukan sejak lama,” ujar Bunga.
Bak usaha tidak pernah mengkhianati hasil, perjuangan Bunga merawat dan mencintai dirinya dengan baik membuahkan hasil.
“Setelah menerima segala kelebihan dan kekurangan yang aku miliki tanpa membandingkannya dengan orang lain, membuat aku percaya diri dengan bentuk tubuhku. aku jadi bisa fokus melakukan hobi dan passion yang aku sukai sampai bisa membantu banyak perempuan plus size tampil cantik dan modis sebagai fashion content creator,” tuturnya.