“Glitter tradisional, pada dasarnya, adalah mikroplastik, potongan plastik yang sangat kecil yang dikenal memiliki efek berbahaya terhadap lingkungan,” kata Tiila Abbitt, pendiri Aether Beauty dan mantan kepala R&D untuk sustainability di Sephora.
“Saat digunakan pada kosmetik, partikel kecil ini akan terbuang ke saluran air kita, melewati setiap sistem penyaringan dan akhirnya ke lautan, menambah masalah polusi mikroplastik yang semakin membesar.”
“Selain perlu waktu ribuan tahun agar mikroplastik ini bisa terurai dan membusuk, mikroplastik juga sering disalahartikan sebagai makanan dan tak sengaja dikonsumsi oleh ikan, burung, dan plankton, merusak hati mereka, memengaruhi perilaku mereka, dan akhirnya menyebabkan kematian,” kata Abbitt.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi brand untuk berhenti menggunakan glitter dari plastik dan beralih ke pilihan yang lebih ramah lingkungan.
Apa Itu Glitter Biodegradable?
Permintaan konsumen terhadap kosmetik yang ramah lingkungan terus meningkat, sehingga brand mulai beralih ke glitter yang lebih ramah lingkungan pada produk mereka.
Menurut Aubri Thompson, ahli kimia kecantikan dan pendiri Rebrand Skincare, ada dua jenis glitter ramah lingkungan yang digunakan saat ini, yaitu ada yang berbasis tumbuhan dan berbasis mineral.
Baca Juga: Tips Mudah Menggunakan Eyeshadow Glitter Agar Rapi dan Tahan Lama
“Glitter dari tumbuhan berasal dari selulosa atau bahan baku terbarukan lainnya, yang kemudian dapat diwarnai atau dilapisi untuk menciptakan efek warna-warni,” katanya.
“Sedangkan glitter berbahan dasar mineral berasal dari mineral yang disebut mika, yang aslinya sudah berwarna-warni. Mika ini bisa didapatkan di tambang atau dibuat secara sintetis di laboratorium. "
Namun, alternatif untuk glitter plastik ini pun belum terjamin ramah lingkungan, dan masing-masing memiliki masalahnya sendiri.
Salah satu pilihan mineral yang paling banyak digunakan, mika, memiliki industri yang cukup bermasalah di belakangnya.
Meskipun mika adalah bahan alami yang tidak menimbulkan masalah pencemaran mikroplastik, menurut Thompson, proses penambangan di baliknya dikenal tidak etis, termasuk mempekerjakan anak di bawah umur.
Itulah mengapa ada beberapa brand seperti Aether dan Lush yang lebih memilih menggunakan mika sintetis.