Para orangtua ini bersemangat ingin membeli barang-barang yang sesuai dengan jenis kelamin anak yang dinantikannya, dan tentu saja, brand dan produsen barang mengikuti tren ini.
Alasan utama lainnya, menurut teori Paoletti, adalah karena para ibu yang tumbuh dengan pakaian dan mainan tanpa batasan perempuan dan laki-laki menginginkan anak perempuan mereka untuk menyukai warna pink, renda, rambut panjang, dan Barbie.
Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh pakaian, mainan, hingga aksesoris untuk anak perempuan yang disediakan oleh brand dan produsen barang.
Jadi sebenarnya, tren warna pink untuk perempuan adalah tren yang cukup baru.
Namun, beberapa tahun ke belakang ini tren warna mulai bergeser dan warna mulai tak lagi dilihat sebagai sesuatu yang identik dengan identitas tertentu.
Bahkan, tak sedikit pula perempuan yang lebih suka dengan warna-warna selain pink. Kini siapapun bisa berekspresi menggunakan warna apapun yang mereka sukai.
Tak sedikit selebritis dari kalangan milenial yang mulai mendobrak pembedaan warna untuk perempuan dan laki-laki ini.
Lihat saja Zayn Malik atau Harry Styles yang percaya diri menggunakan busana berwarna pink dan tetap terlihat sophisticated.
Nah, itu dia Stylovers penjelasan mengenai kenapa warna pink identik dengan perempuan. Kalau kamu, suka enggak nih dengan warna pink? (*)