Kontroversi Pemakaian Bulu Hewan dalam Fashion, Bak Tak Ada Ujungnya!

By Cerysa Nur Insani, Rabu, 25 November 2020 | 14:20 WIB
Kontroversi Pemakaian Bulu Hewan dalam Fashion, Bak Tak Ada Ujungnya! (fashionista.com)

“Berang-berang membanjiri lahan pertanian, hutan, jalan raya dan situs rumah. Coyote memangsa ternak, hewan peliharaan, dan satwa liar. Rakun memakan tanaman dan merusak bangunan. Muskrat membuat terowongan menuju bendungan, tanggul, dan tepi sungai. Untuk melindungi manusia, hewan peliharaan, ternak, dan infrastruktur, hama ini harus dikendalikan.”

“Melarang penggunaan bulu tidak menyelamatkan hewan,” Linkhart menambahkan. “Semoga konsumen yang mengetahui dapat memahami logika sederhana ini.”

Kebebasan Memilih

Protes penggunaan bulu hewan dalam industri fashion. (vox)

Kelompok anti-fur juga mengabaikan dampak bulu imitasi yang terbuat dari plastik terhadap lingkungan, yang juga menjadi penyebab frustrasi bagi Holt, Kaplan, dan lainnya.

“Di era ketika publik sangat menyadari biaya lingkungan dan sosial dari mode yang diproduksi secara massal dengan keberlanjutan menjadi perhatian utama, desainer, pemberi pengaruh, dan konsumen akan berpandangan sempit untuk mengecam produk alami, pembaruan, dan dapat didaur ulang seperti bulu asli. Yang dapat bertahan selama beberapa generasi, menggantinya dengan bahan plastik dan sintetis lainnya pada bulu palsu berbahan dasar bensin yang menimbulkan ancaman lingkungan yang diakui dan signifikan, ”kata Kaplan.

Meski dibombardir, Kaplan mengatakan banyak konsumen terus membeli bulu.

“Konsumen telah mendengarkan, mungkin mereka telah melakukan penelitian tentang praktik industri dan mereka telah mengambil keputusan sendiri,” katanya.

Baca Juga: Jauh dari Kesan Norak, Ayu Ting Ting Tampil Elegan dalam Balutan Dress Bulu-bulu Nan Mewah

“Mereka menghargai keindahan, kehangatan, dan daya tahan bulu asli.”

Kaplan dan Holt mengatakan konsumen juga sangat peduli dengan lingkungan dan menghargai bahwa bulu adalah bahan alami, berkelanjutan dan terbarukan, pilihan yang lebih baik daripada bulu palsu yang diproduksi secara massal.

“Kami menghormati hak aktivis hewan untuk memilih tidak memakai bulu atau kulit atau makan daging,” kata Kaplan. Namun ia berharap sebaiknya tidak perlu memaksa kebebasan memilih orang lain.

Garis besarnya, kontroversi soal bulu hewan adalah kelestarian hewan versus dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh produksi bulu sintesis berbahan plastik.

Nah, itu dia Stylovers kontroversi soal pemakaian bulu hewan dalam fashion yang bak tak ada ujungnya. Bagaimana menurutmu? (*)