Dari mengekstraksi dan menggunakan sumber daya alam secara berlebihan, mengeluarkan emisi karbon dalam jumlah besar, dan mengembalikan limbah beracun ke tempat pembuangan sampah.
Itulah alasan pencemar terbesar kedua di dunia tepat setelah industri minyak dan gas adalah industri fashion.
Dari Benih ke Kain
Dari benih hingga kain, proses pembuatan pakaian itu beracun. Mari pikirkan tentang proses membuat sepotong pakaian.
Kain dibuat sebagian besar dari serat alami yang berasal dari Bumi. Pestisida digunakan dengan alasan tuntutan produksi yang lebih cepat dan lebih efisien dari serat ini.
Bahan kimia beracun ini tersapu ke danau dan sungai sebagai bagian dari proses bertani dan memanen.
Air kemudian dikonsumsi oleh kita, satwa liar, dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, kita tidak hanya membahayakan diri kita sendiri, tetapi juga seluruh ekosistem planet kita.
Baca Juga: Apa Itu High Street Fashion? Tak Sama dengan High End Atau Fast Fashion, Lho!
Pewarnaan
Menurut Greenpeace, proses pewarnaan di industri fashion menggunakan 1,7 juta ton berbagai bahan kimia dalam keseluruhan proses termasuk bahan kimia berbahaya seperti PFC (kelas bahan kimia yang digunakan untuk mengusir minyak dan air dari pakaian, beracun untuk dikonsumsi), logam berat, amonia, phthalates, dan formaldehyde.
Karena kurangnya kendali mutu dan kebutuhan untuk produksi yang lebih cepat, banyak pabrik kekurangan sumber daya dan waktu untuk mengelola limbahnya secara efektif.
Oleh karena itu, racun ini berakhir di saluran air kita.
Selain mencemari air, industri fashion juga mengonsumsi banyak air. Setiap tahun, 2 miliar pasang jeans diproduksi, dan satu pasang membutuhkan 7.000 liter air untuk memproduksinya.
Untuk membuat kaos, dibutuhkan 2.700 liter air untuk membuatnya hanya satu, itu sama dengan jumlah air yang diminum rata-rata orang selama 900 hari (menurut Greenpeace)!