Kedua, rendah asupan biji-bijian utuh (kurang dari 125 gram per hari).
Terakhir, rendahnya konsumsi buah-buahan (minimal 250 gram per hari).
Selain itu, pola makan rendah kacang, biji-bijian, dan sayuran juga menjadi penyebab utama lainnya.
Faktanya, konsumsi kacang-kacangan memiliki gap terbesar, antara jumlah konsumsi optimal dengan angka sebenarnya.
Kebanyakan orang hanya mengonsumsi sekitar 12 persen dari yang direkomendasikan, yaitu 20,5 gram.
Sebaliknya, konsumsi daging yang diproses justru 90 persen lebih tinggi daripada yang direkomendasikan.
Pola makan tidak sehat bisa merusak tubuh lewat berbagai cara.
Salah satunya, meningkatkan risiko obesitas (yang biasanya diikuti risiko penyakit lainnya seperti penyakit jantung).
Terlalu sedikit atau terlalu banyak mengonsumsi nutrisi tertentu juga bisa merusak kesehatan dengan cara lainnya.
Pola makan minim buah-buahan, misalnya, kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular.
Sementara, pola makan tinggi sodium bisa meningkatkan risiko kanker perut, dan pola makan rendah serat bisa meningkatkan risiko kanker usus.
Jadi, membatasi sodium atau gula tambahan memang penting.
Namun, secara luas, hal yang sama pentingnya adalah memastikan pilihan-pilihan makanan yang baik dengan bijak.
Caranya, dengan meningkatkan konsumsi buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran. (*) Justina Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspadai, Pola Makan Tak Sehat Lebih Mematikan daripada Merokok"