Ia menjelaskan bahwa apa yang tadinya dilakukan sebagai eskpresi fashion, telah berubah menjadi gaya hidup yang membuat anak muda lebih memperhatikan apa yang mereka beli.
“Sekarang setelah saya dewasa, saya mendapati diri saya lebih sering mengunjungi bisnis lokal, memperhatikan sikap perusahaan besar terhadap masalah politik saat ini, dan lebih membeli kualitas daripada kuantitas,” ujarnya.
“Begitu banyak pakaian yang hanya dikenakan beberapa kali, lalu pergi ke tempat pembuangan sampah, sangat menjijikkan mengingat banyaknya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi pakaian,” kata Lily Fulop, 24 tahun, penulis buku Wear, Repair, Repurpose: A Maker's Guide to Mending and Upcycling Clothes dan seorang desainer di Refinery29.
“Kita perlu memproduksi lebih sedikit pakaian, dan memanfaatkan pakaian yang sudah ada,” katanya.
Salah satu cara termudah dan paling terjangkau untuk melakukannya adalah dengan thrifting.
Baca Juga: Tips Belanja Baju Bekas, Cara Dapat Baju Bagus Tanpa Rogoh Kocek Dalam
"Dengan thrifting itu artinya kita sudah menghemat air, mengurangi penggunaan mikroplastik dan minyak bumi, mengurangi polusi dari pestisida, pewarna, dan proses pengiriman, dan masih banyak lagi,” lanjutnya.
Tren thrifting yang digeluti oleh Gen Z ini menunjukkan karakteristik generasi mereka yang ingin mandiri dan ingin melakukan lebih banyak hal untuk menyelamatkan planet ini.
Mereka juga ingin menghemat uang dan menghasilkan uang. Dan mereka ingin melakukan semuanya sambil mengenakan pakaian yang fashionable, dengan harga yang terjangkau.
Thrifting membuat semua itu bisa dilakukan, itulah mengapa Gen Z sangat menyukai kegiatan thrifting.
Nah, itu dia Stylovers alasan thrifting alias belanja baju bekas menjadi gaya belanja yang digandrungi oleh Gen Z. Apakah kamu juga senang melakukan thrifting? (*)