“Ketika saya membuka toko saya, saya pikir untuk apa saya melakukan apa yang dilakukan oleh desainer Prancis, karena saya tidak bisa melakukannya,” kata Takada kepada The South China Morning Post pada 2019. “Jadi saya melakukan hal-hal saya sendiri untuk tampil beda, saya menggunakan kain kimono dan pengaruh Jepang lainnya."
Desain yang tampak kacau dan oversized, dibuat untuk membebaskan tubuh, tidak membatasi atau membentuknya kembali, seringkali bebas dari ritsleting dan penutup lainnya, menghiasi sampul Elle, dan di dalam halaman Vogue Amerika.
"Fashion show pertamanya sangat berkesan," kata Gabet. "Ringan dan menyenangkan, dengan model yang terlihat seperti menari dan berjalan daripada menampilkan pakaian, jauh dari visi hierarki couture Prancis."
Baca Juga: Kisah di Balik Christian Louboutin, Sepatu Bersol Merah yang Ikonik
Takada meluncurkan koleksi pakaian pria pada tahun 1983, lini jeans pada tahun 1986 dan parfum pada tahun 1988, tetapi pada tahun 1993, berjuang setelah pasangan hidupnya meninggal dan mitra bisnisnya mengalami stroke, Takada memutuskan untuk menjual perusahaannya kepada LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton, konglomerat mode Prancis, dengan harga sekitar $ 80 juta.
Meskipun awalnya ia tetap berperan sebagai desainer, pada tahun 1999, ia mulai jenuh dan memutuskan untuk menjauh dari dunia fashion yang semakin hingar-bingar dan penuh tuntutan komersial.
Nah, itu dia Stylovers kisah sosok Kenzo Takada, desainer sekaligus pendiri brand Kenzo yang berhasil membawa fashion Jepang ke mata dunia. Semoga karya sang desainer terus menginspirasi sepanjang masa. (*)