"Sebelum menjawab pertanyaan, saya mau menyampaikan dulu bahwa saat ini banyak tiap kampus, para ahli mengeluarkan prediksi masing-masing.
"Saya ingin menyampaikan bahwa kita harus memakai informasi yang disampaikan itu pada tahap kualitatif, kita jangan menganggap itu kuantitatif," jelas Prof. Hadi Susanto dikutip dari kanal YouTube 'TvOneNews' (6/4/2020).
Hadi Susanto juga menjelaskan alasan di baliknya.
"Karena, bahkan informasi yang paling sederhana, misalkan satu orang terinfeksi sampai dia sembuh, itu dia menginfeksi berapa orang kita pasti belum tahu.
"Kemudian berapa lama orang itu sakit sampai sembuh, atau dia sakit sampai meninggal. Informasi-informasi dasar ini kita masih belum ada, sehingga para pemodel, para peneliti menggunakan data kira-kira," jelas anggota Simcovid tersebut.
Dikatakan kalau sekarang kebanyakan peneliti mengggunakan parameter data dari China atau negara yang sudah terdampak lebih dulu.
Baca Juga: Berjemur di Atas Genting, Marion Jola Justru Tampil Seksi Kayak Nggak Pakai Celana!
Dengan begitu, wajah jika banyak peneliti yang menghasilkan prediksi akhir wabah corona yang berbeda.