Mirip Kejadian di China dan Italia, Pencabutan Larangan Mudik oleh Presiden Jokowi Tuai Kontroversi, Peneliti Kesehatan: Jumlah Kematian akan Meningkat Drastis!

By None, Senin, 6 April 2020 | 19:00 WIB
Mirip Kejadian di China dan Italia, Pencabutan Larangan Mudik oleh Presiden Jokowi Tuai Kontroversi, Peneliti Kesehatan: Jumlah Kematian akan Meningkat Drastis! (THOMAS PETER/REUTERS)

Stylo.ID - Stylovers, angka jumlah kasus pasien virus Corona di Indonesia semakin mengkhawatirkan.

Pada awal bulan April ini telah dilaporkan sebanyak 196 kasus baru, peningkatan ini merupakan yang tertinggi sejak virus Corona masuk ke Indonesia.

Bahkan hingga tanggal 6 April 2020 pukul 17.00 WIB tercatat jumlah pasien meninggal mencapai 209 jiwa.

Dengan ini, jumlah pasien meninggal di Indonesia sudah paling tinggi kedua setelah China se-Asia.

Baca Juga: Waspada! Meski Diam di Rumah, Ternyata ada Risiko Penularan Virus Corona Lewat 3 Hal Sepele ini

Meski begitu, Presiden Joko Widodo telah memperbolehkan mudik lebaran tahun ini.

Tidak disangka, keputusannya membuat pihak internasional terkejut sampai geger.

Dengan ini, sebagian besar wilayah Indonesia harus bersiap kepulangan para warga dari Jakarta.

Padahal kita ketahui Jakarta telah menjadi pusat dari wabah virus Corona di Indonesia.

Skenario ini akan persis seperti yang terjadi di China dan Italia, saat para penghuni kota besar yaitu Wuhan dan Lombardy pulang ke kampung menemui keluarga mereka.

Mudik tentunya akan menjadi cara penularan virus Corona paling mudah ke wilayah-wilayah yang sebelumnya masih terkendali.

Kebijakan Jokowi dalam menanggulangi penularan penyakit ini termasuk dengan lockdown di beberapa wilayah.

Kebijakannya diikuti dengan darurat sipil pada Selasa dan meminta Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB).

Ia juga memberi subsidi listrik gratis dan bantuan sosial bagi rakyat kecil agar tetap di rumah.

Baca Juga: Terdengar Mudah, Benarkah Banyak Minum Air Putih Bisa Hilangkan Virus Corona? Ini Jawaban Ahli!

Terkait mudik, ia hanya meminta para warga tetap berada di ibukota agar membatasi pergerakan mereka.

Jokowi juga peringatkan pemerintah daerah agar tidak membuat peraturan sendiri, serta ikuti kebijakan dari pemerintah pusat.

Banyak pihak merasa kebijakan ini membingungkan masyarakat.

Sebab, pemerintah tidak berbicara dalam satu suara.

Peneliti dari Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan menggambarkan yang dilakukan Jokowi sebagai "penanganan menengah".

Dari hasil analisisnya, Iwan menggambarkan jumlah pasien meninggal minimal 48 ribu warga.

Namun dalam kasus terburuk tanpa batasan pergerakan, pasien yang meninggal bisa capai 240 ribu warga.

"Kami harap tidak akan tercapai jumlah kematian sebanyak itu," ujarnya.

"Pemerintah perlu lakukan lebih banyak langkah lagi, lebih intensif!"

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Gelombang Dua Virus Corona Menurut Pakar UI dapat Terjadi di Indonesia Jika Hal Ini Tak Segera Dilakukan

Ilmuwan lain juga katakan, kebijakan Jokowi juga tidak akan menghalangi orang-orang untuk menyebarkan virus tersebut ke daerah-daerah lain.

MUI juga mengatakan pada Jumat bahwa mudik telah diharamkan karena dapat menyebarkan virus berbahaya.

Namun fatwa tersebut dibuat setelah MUI didesak wakil presiden Ma'ruf Amin.

Minggu lalu, pemerintah daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah telah memerintahkan pekerja migran tidak tinggalkan Jakarta.

Juga, pekerja di luar negeri tidak diperbolehkan pulang.

Lebih dari 100 ribu warga telah kembali ke Jawa Barat minggu ini, sementara 218 ribu warga telah pulang ke Jawa Tengah.

Mereka pulang dalam keadaan telah kehilangan pekerjaan dan putus asa.

Ganjar Pranowo menyebut harus ada kuota jumlah penumpang di transportasi umum sehingga jumlah pemudik dapat dikendalikan.

Sementara Ridwan Kamil mengatakan jumlah infeksi Covid-19 dapat lebih tinggi dari data yang ada dan penyakitnya dapat menyebar ke mana-mana.

Baca Juga: Jelas Saja Pasien COVID-19 Terus Bertambah, Penelitian Terbaru Temukan Virus Corona Bisa Menyebar Hingga Jarak Sejauh Ini

Ia mendesak rapid test untuk semakin digalakkan agar semakin jelas diketahui virus telah menyebar ke mana saja.

Skenario terburuk, dijelaskan oleh Iwan dari UI, adalah jika para migran menyebarkan virus ke desa-desa Indonesia, rumah sakit lokal akan kewalahan karena mereka tidak memiliki ventilator yang memadai atau kemampuan perawatan yang intensif.

Oleh sebab itu, ia sebut jumlah kematian akan meningkat drastis seperti yang terjadi di Italia.

Ada juga yang menganggap langkah Jokowi tidak lakukan karantina total adalah untuk menghindari apa yang terjadi di India.

Di India, lockdown 3 minggu membuat rantai suplai makanan terhambat dan jutaan pekerja migran kehilangan pekerjaan mereka dan bahkan harus pulang kampung berjalan kaki. (*) Cery Stylo

Artikel ini telah tayang di hot.grid.id dengan judul “Mirip Skenario yang Terjadi di China dan Itali, Pencabutan Larangan Mudik oleh Presiden Jokowi Tuai Kontroversi, Peneliti Kesehatan: Jumlah Kematian akan Meningkat Drastis!” (https://hot.grid.id/read/182091840/mirip-skenario-yang-terjadi-di-china-dan-itali-pencabutan-larangan-mudik-oleh-presiden-jokowi-tuai-kontroversi-peneliti-kesehatan-jumlah-kematian-akan-meningkat-dras)

Editor: Nicolaus