Fashion Rhapsody 2020: Harmoni Bumi Karya Fashion Untuk Menjaga Alam Persembahan Desainer Untuk Ibu Pertiwi

By Annisa Suminar, Kamis, 27 Februari 2020 | 16:35 WIB
Fashion Rhapsody 2020: Harmoni Bumi Karya Fashion Untuk Menjaga Alam Persembahan Desainer Untuk Ibu Pertiwi (Tim Muara Bagdja)

Stylo.ID - Fashion Rhapsody 2020 resmi digelar pada 26-29 Februari 2020 di The Tribrata Jakarta.

Fashion Rhapsody 2020 mengangkat tema Harmoni Bumi yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam.

Fashion Rhapsody 2020 Harmoni Bumi ini merupakan karya dalam bidang fashion yang menginspirasi kepedulian terhadap alam, lingkungan dan human.

Baca Juga: Fashion Rhapsody 2020: Koleksi BIAS Rancangan Ria Miranda Signature Hadirkan Koleksi Lebih Feminin

Empat desainer Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, Chintami Atmanagara dan Yulia Fandy menjadi sosok desainer yang menggagas Fashion Rhapsody.

Keempat desainer papan atas Indonesia itu telah dua kali mempresentasikan karya yang mewakili suara peduli mereka dalam pre-event dan soft launching, seraya mengajak desainer-desainer mode lain untuk ikut ambil bagian datam acara besar yang bertajuk: Harmoni Bumi.

Fashion Rhapsody 2020: Harmoni Bumi Karya Fashion Untuk Menjaga Alam Persembahan Desainer Untuk Ibu Pertiwi (Tim Muara Bagdja)

Korealasi dalam karya fashion dalam menjaga alam merupakan bentuk tanggung jawab untuk mengembalikan atas apa yang telah diambil dari ibu pertiwi.

Acara ini disambut positif oleh instasi pemerintah dan juga para desainer yang ingin turut menjaga bumi melalui fashion.

Mereka membuktikan bahwa di dalam dunia mode yang penuh gaya dan kemewahan, tetap dapat menyisipkan pesan luhur.

Baca Juga: Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2020 Resmi Dibuka dengan Tema 'Fashionable People for Sustainable Planet'

Acara ini menampung lebih dari seribu set busana hasil karya berbagai perancang busana yang merniliki visi dan misi yang sejalan dengan keempat founders Fashion Rhapsody.

Ketika memasuki area perhelatan, suasana alami mulai terasa.

Rancangan desainer saat grand opening Fashion Rhapsody (Tim Muara Bagdja)

Terdapat gerai-gerai pameran dari berbagai institusi yang seia sekata dengan gagasan gelaran peduli lingkungan ini.

Lewat gerai-gerai pameran, mereka turut mengedukasi masyarakat yang datang ke acara penuh ingar bingar khas gelaran mode, namun sarat pesan peduli lingkungan dan kemanusiaan ini, misalnya, pengunjung akan diajak untuk menukar kantong yang dibawa dengan kantong ramah lingkungan yang terbuat dari singkong.

Dan, ada juga gerai yang menawarkan produk busana dari ulang.

Baca Juga: Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2019 Resmi Dibuka dan Hadirkan Koleksi Busana dari Desainer Indonesia

Di area utama, terdapat panggung peragaan mode, di mana mata penonton akan dimanjakan dengan koleksi busana yang apik. Setiap hari akan ada empat waktu gelaran mode.

Pada grand opening, terdapat sederet desainer yang memeriahkannya, termasuk Melly Goeslaw yang menghadirkan busana dari brand Aleabe.

Aleabe rancangan Melly Goeslaw dalam Fashion Rhapsody 2020 (Tim Muara Bagdja)

Uniknya, tiap hari presentasi karya busana ini memiliki tema harian yang diadaptasi dari alam yakni Savana, Silk Lagoon, Secret Forest dan Wysteria.

Tiap-tiap desainer yang turut serta mengikuti daily runway theme yang telah ditetapkan namun bebas menginterpretasikan tema ke dalam karya mereka masing-masing.

Tema Savana atau sabana diangkat untuk mengumpamakan wilayah datar terbuka yang didominasi oleh padang rumput.

Karya yang ditampilkan merepresentasikan awal-awal ketika tanah masih kosong belum ditanami apapun.

Baca Juga: Kembali Hadir, MUFFEST 2020 Akan Fokus Pada Sustainable Fashion

Rancangan desainer saat grand opening Fashion Rhapsody (Tim Muara Bagdja)

Kemudian Silk Lagoon diibaratkan sebagai ketika padang rumput mutai ditumbuhi dengan berbagai tanaman.

Segalanya bertumbuh dengan cepat, keragaman karya merepresentasikan padang rumput yang muiai dihuni tetumbuhan, dan mahluk hidup.

Tema Secret Forest merupakan penerjemahan yang menggambarkan saat bumi mulai kelelahan dengan eksploitasi dan campur tangan manusia yang cenderung merusak dan mengakibatkan semakin sedikit tahan hidup yang tersisa.

Dan yang terahkhir adalah tema Wysteria yang diambil untuk menceritakan tentang keadaan alam yang mulai bersemi kembali setelah manusia berhasil melewati masa kelam dan sulit.

Hidup baru mulai kembali, tunas tubuh memberi harapan baru. (*)