Kecantikan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas perempuan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan pesat dalam industri kecantikan terutama banyak disajikan melalui beberapa media salah satunya iklan, telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap kecantikan.
Iklan kosmetik sering kali membentuk norma dan standar baru, yang sayangnya tidak selalu mencerminkan realitas. Dalam persaingan yang ketat, definisi kecantikan sering kali dipresentasikan dalam bentuk yang ideal, menjadikannya tidak realistis dan memengaruhi persepsi diri perempuan.
Memprihatinkan: Standar Kecantikan yang Dikonstrusikan....
Kecantikan dalam iklan sering kali diwakili oleh perempuan dengan penampilan fisik yang sempurna seperti kulit putih, rambut hitam, hingga badan langsing. Penampilan ini menciptakan citra kecantikan yang menjadi aspirasi bagi banyak perempuan.
Sayangnya, citra ini jauh dari kenyataan. Banyak perempuan merasa tertekan untuk memenuhi standar yang tidak hanya sulit dicapai, tetapi juga seringkali tidak adil.
Tekanan untuk sesuai dengan citra ini berpotensi menciptakan fenomena “body shaming”, di mana perempuan yang tidak memenuhi standar ini dihakimi, baik oleh diri mereka sendiri maupun oleh orang lain.
Kecantikan dipersepsikan sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan dan dicapai, yang pada gilirannya menumbuhkan ketidakpuasan terhadap penampilan diri. Akibatnya, banyak perempuan yang terjebak dalam siklus di mana mereka merasa perlu membeli lebih banyak produk kosmetik untuk merasa layak dan diterima.
‘Pukulan’ Atas Persepsi Cantik pada Diri Perempuan
Dampak dari standar kecantikan yang diciptakan ini sangat nyata. Banyak perempuan mengalami kecemasan dan ketidakpuasan dengan penampilan mereka. Iklan-iklan ini tidak hanya menawarkan harapan, tetapi juga bisa menjadi pengingat yang menyakitkan tentang apa yang dianggap “ideal.” Ini adalah panggilan untuk kita semua, bahwa di balik kilau dan pesona promosi produk kecantikan, ada perempuan yang berjuang dengan rasa percaya diri dan penerimaan diri mereka.
Perempuan sering kali merasa harus berinvestasi lebih dalam perawatan diri mereka, bukan hanya untuk memenuhi standar kecantikan, tetapi juga untuk mendapatkan pengakuan sosial.
Namun, hal ini sering kali mengarah pada perilaku konsumsi yang berlebihan. Iklan menciptakan ilusi bahwa kecantikan dapat dicapai dengan membeli produk, mengaburkan batas antara keinginan dan kebutuhan.
Rekonstruksi Makna Kecantikan dan Gerakan Nyata Untuk Perubahan
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR