Sejak awal, Rita ingin mengangkat corak kain pinawetengan dengan teknik kain tenun tradisional.
Rita pertama kali mengadakan pelatihan tenun pada tahun 2007, sudah hampir 16 tahun yang lalu.
Saat itu pengrajin yang mendaftar untuk ikut serta sebanyak 200 orang, tapi sayangnya yang bertahan hanya 16 orang.
Bahkan, sekarang hanya tersisa 13 orang karena tiga pengrajin lainnya sudah pensiun lantaran usia dan masalah kesehatan pada mata.
“Paling muda usia 40 tahun, dan saya juga memikirkan untuk bisa regenerasi," ungkap Rita soal kondisi regenerasi pengrajinnya saat ini.
Corak Kain Pinawetengan
Seperti wastra Nusantara lain pada umumnya, tentunya corak kain pinawetengan juga menyimpan makna tersendiri.
"Mungkin bisa dibilang berbeda karena coraknya masih dan hanya ada di Minahasa. Masih ada di batunya, Watu Pinawetengan. Sehingga cuma ada di Minahasa, jadi jelas beda dari kain yg lainnya," ungkap Rita.
Menurut Rita, ada empat motif kain pinawetengan yang paling diminati.
Pertama, ada motif pinawetengan yang merupakan cikal bakal dari sembilan etnis Minahasa.
Baca Juga: Kain Pinawetengan, Tenun Minahasa Sulawesi Utara dalam Busana Siap Pakai oleh Denny Malik
Syahrini Lebih Pilih Pamer Tas dan Tutupi Wajah Bayinya Saat Foto keluarga, Ternyata Segini Harganya?
KOMENTAR