Stylo Indonesia - Banyak yang memercayai bahwa penggunaan tawas lebih baik dari deodoran biasa.
Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan, benarkah tawas lebih baik dari deodoran biasa?
Banyaknya mitos-mitos dari berbagai sumber membuat orang lebih kritis terutama mempertanyakan benarkah tawas lebih baik dari deodoran biasa?
Stylo Indonesia merangkum informasi terkait kepercayaan bahwa tawas lebih baik dari deodoran biasa.
Baca Juga: Mitos Antiperspirant Sebabkan Kanker? Ahli Ungkap Fakta Ini!
Tawas Kalium telah digunakan sebagai deodoran di Asia Tenggara selama ratusan tahun.
Bahkan batu tawas telah menjadi lebih populer di budaya Barat dalam 30 tahun terakhir.
Apakah penggunaan batu tawas ini worth the hype?
Cari tahu selengkapnya yuk, Stylovers!
Tawas menjadi populer karena merupakan bahan alami, ekonomis, dan memiliki manfaat kesehatan yang diakui.
Salah satunya adalah menurunkan risiko kanker payudara.
Secara luas bahwa penyerapan bahan dari deodoran seperti aluminium dan bahan kimia berbahaya lainnya melalui ketiak dapat menyebabkan kanker payudara.
Namun, menurut National Cancer Institute, tidak ada penelitian ilmiah yang mendukung klaim ini.
Baca Juga: Perbedaan Deodoran dan Antiperspirant, Mana yang Aman dan Ampuh Mencegah Bau Badan?
Apakah Tawas Lebih Baik dari Deodoran Biasa?
Penggunaan deodoran alami berasal dari ketakutan akan bahan-bahan dalam deodoran dan antiperspiran pada umunya.
Masalahnya terletak pada kandungan paraben atau aluminium, yang dinilai mengganggu hormon dan dengan demikian, telah dikaitkan dengan kanker tertentu, terutama kanker payudara.
Kenyataannya adalah bahwa klaim ini tidak berdasar.
“Sementara paraben telah dipelajari terkait dengan kanker payudara, FDA dan National Cancer Institute telah menyatakan bahwa mereka tidak percaya bahwa antiperspiran atau deodoran berhubungan dengan kanker ini,” kata Suzanne Friedler, MD, dokter kulit bersertifikat dengan PC Dermatologi Tingkat Lanjut dan instruktur klinis dermatologi di Mount Sinai Medical Center.
Demikian juga, aluminium juga telah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer, sesuatu yang oleh Asosiasi Alzheimer disebut sebagai mitos.
Jika Stylovers pernah mengalami ruam atau perih di ketiak setelah menggunakan deodoran dan antiperspiran tradisional, maka deodoran kristal mungkin layak dicoba.
Namun, kulit setiap orang berbeda, oleh sebab itu tes alergi terlebih dahulu ya, Stylovers.
“Reaksi iritasi dan alergi selalu mungkin terjadi. Namun, deodoran kristal dianggap berisiko lebih rendah karena tidak mengandung alergen yang paling umum,” kata Dr. Friedler.
Baca Juga: Cek Hoax Soal Body Care: Deodoran Sebabkan Kanker Sampai Ketiak Cerah dengan Lemon? Ini Faktanya!
Deodoran kristal hanya akan membantu mencegah bau, mereka tidak akan membuat ketiak kering.
“Antiperspiran biasa mengandung aluminium klorohidrat atau aluminium zirkonium, yang bekerja dengan menghalangi kelenjar ekrin (keringat) dan mencegah basah,” kata Dr. Friedler. (*)
#SemuaBisaCantik
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
KOMENTAR