Sering dibuat dari emas atau lapis, pada masa itu kalung choker dianggap sebagai pelindung dan dijiwai dengan kekuatan khusus.
Choker muncul lagi sepanjang era Renaissance sebagai pilihan gaya murni dan sangat populer di kalangan bangsawan menjelang akhir abad ke-19.
Selama periode terakhir ini, perempuan di Jerman dan Austria juga menggunakan choker untuk menyembunyikan benjolan di leher mereka yang disebabkan oleh gondok, penyakit yang umum terjadi di Pegunungan Alpen pada saat itu.
Tidak disangka ya, aksesoris ini malah pernah digunakan untuk menutupi penyakit!
Di sudut lain dunia, choker dalam bentuk pita yang lebih sederhana adalah simbol prostitusi, seperti yang digambarkan dalam lukisan Manet yang terkenal pada tahun 1863 berjudul "Olympia".
Baca Juga: 3 Rekomendasi Kalung Choker di Bawah 300 Ribu Rupiah Untuk Tampil Makin Elegan!
Meski begitu, kesan negatif dari choker ini hilang ketika mulai digunakan oleh para balerina setelahnya.
Menjadi salah satu aksesoris yang tak lekang oleh waktu, choker kembali menjadi sangat populer pada tahun 1920-an dan memasuki tahun 30-an, dengan gaya Art Deco tercinta pada saat itu.
Choker di masa itu kerap terbuat dari pita berhias mutiara atau beludru dengan liontin di tengahnya, di masa ini choker sering disebut sebagai "dog tag".
Tren choker sempat memudar di tahun 1940-an, tetapi banyak digunakan kembali dalam gaya yang lebih berwarna, oleh kaum hippies tahun 70-an yang berjiwa bebas.
Cara Benar Membersihkan Dispenser Agar Kualitas Air Minum Terjaga, Mama Milenial Wajib Tahu!
KOMENTAR