Dalam survei bulan Oktober terhadap 3.000 orang Amerika di sebuah situs review kasur, hampir sepertiga dari responden mengatakan bahwa mereka ingin melakukannya, di mana satu orang tidur di kamar lain atau bahkan di luar rumah sama sekali.
Di Georgia, angkanya mencapai 34 persen.
Sementara itu, dalam survei Slumber Cloud 2018, hampir setengah dari 2.000 responden mengatakan lebih suka tidur tanpa pasangan mereka, dan 19 persen menyalahkan pasangan atas kualitas tidur mereka yang buruk.
"Meskipun ada manfaat untuk tidur bersama, salah satu pasangan yang memiliki kebiasaan tidur yang mengganggu dapat memengaruhi yang lain dan meningkatkan produksi hormon stres kortisol, sehingga menyebabkan masalah yang berdampak pada pasangan secara keseluruhan," ungkap psikoterapis hubungan dan keintiman dari Houston, Mary Jo Rapini, kepada New York Times.
Rapini menambahkan, biasanya pihak yang menyukai gagasan tentang tempat tidur terpisah adalah pihak perempuan.
"Perempuan lebih sensitif terhadap kebiasaan buruk pasangan tidur mereka. Kehamilan dan perubahan atau masalah hormonal juga dapat menyebabkan mereka ingin tidur sendiri," katanya.
Meski sejumlah lingkungan sosial mungkin memandangnya sebagai sebuah tanda yang kurang baik terhadap keharmonisan hubungan, menurut para ahli, istirahat yang cukup membantu seseorang mampu mengelola hidup dengan lebih fokus dan terkontrol.
Pada akhirnya, kita akan merasa lebih puas dan lebih bahagia dalam hubungan.
Menurut penulis Sleeping Apart Not Falling Apart, Jennifer Adams, ketika kedua belah pihak mendapatkan tidur malam restoratif, hal itu memungkinkan mereka untuk merasa lebih sehat secara emosional, mental, dan fisik.
Vibes Artis Kelas Dunia! Gaya Seksi Nikita Mirzani Pamer Perut Berotot Dikomentari Habis-habisan
KOMENTAR