Ada bukti bahwa orang Yunani kuno menggunakan jus mulberry yang dihancurkan untuk sedikit mewarnai pipi mereka, dan menggunakan akar Alkanet sebagai pemerah pipi sederhana.
Bangsa Romawi aristokrat memasukkan senyawa timbal pemutih kulit ke dalam ritual perawatan mereka, dan sering kali di atasnya diberi vermilion merah (bentuk bubuk dari mineral cinnabar) untuk warna pipi.
Namun, kedua bahan tersebut sesungguhnya sangat beracun.
Selama Abad Pertengahan di Eropa, kosmetik kurang disukai.
Baca Juga: 4 Blush On untuk Kulit Sawo Matang dengan Harga Mulai dari 6 Ribuan Rupiah!
Kulit pucat dipandang sebagai penanda kekayaan, jadi sementara petani berjemur di ladang, tuan mereka dan para perempuan akan menutup diri.
Penampilan ini dapat ditonjolkan dengan satu atau dua sapuan warna pipi yang terbuat dari campuran stroberi dan air.
Pada abad ke-15, bangsawan terkenal dan penguasa negara kota Caterina Sforza meluangkan waktu dari jadwal pemerintahannya yang sibuk untuk menulis buku rahasia kecantikan DIY yang disebut Experimenti.
Salah satu resepnya adalah larutan pemerah pipi yang terbuat dari campuran kayu cendana merah dengan aqua vita (etanol) yang akan bertahan selama delapan hari di pipi.
StopBeautyShaming merupakan kampanye gerakan nyata dari Stylo Indonesia.
Stylo Indonesia adalah platform media & komunitas organik terlengkap mengenai dunia lifestyle, fashion dan beauty bagi dan seluruh perempuan Indonesia.
Rekor Dunia Berhasil dicetak Indonesia Internasional Modest Fashion Festival (IN2MF) 2024
KOMENTAR