Tenun ikat Suku Dayak ada yang bermotif dasar naga, buaya, tanaman, manusia, sungai, atau perpaduan beberapa motif tersebut.
Dan mereka mengetahui bahwa nenek moyang mereka mewarnai benang, kain, dan produk kerajinan lainnya dengan menggunakan tanaman pewarna alami dari lingkungan rumah dan hutan.
Sayangnya, saat ini ketersediaan tanaman penghasil warna alami bagi penenun perempuan Dayak Iban semakin berkurang akibat ahli fungsi lahan dan masuknya industri benang sintetis.
Hal ini menyebabkan penenun perempuan Dayak Iban beralih dari praktek menenun dengan pewarna alami yang lebih ramah lingkungan menjadi menggunakan bahan pewarna sintetis yang berpotensial merusak kesehatan dan lingkungan.
Melihat hal tersebut, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) bersama Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan Yayasan Kehati melangsungkan Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Baca Juga: Bergaya Etnik, Andien Tampil Eksotis Dalam Balutan Kain Tenun Khas Nusantara
Kegiatan tersebut berada di kawasan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat yang berada di lima desa yaitu Desa Mensiau, Lanjak Deras, Labian, Sungai Abau, dan Manua Sadap.
Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bertujuan agar kelompok perempuan penenun dapat melakukan konservasi tanaman HHBK sebagai bahan pewarna alami tenun ikat Dayak Iban untuk melestarikan dan menjamin keberlanjutan produksi tenun dengan bahan pewarna alami.
Adapun tanaman pewarna alam yang termasuk HHBK yang dimanfaatkan oleh Penenun Perempuan Dayak Iban menjadi pewarna alami tenun yang teridentifikasi oleh ASPPUK adalah tarum padi (Indigofera arrecta), tarum daun lebar (Indigofera Marsdeniatinctoria), Marek/Jangau (Symplocos Cerasifolia), Engkerebai (Psychotria Viridiflora), Mengkudu Kayu (Morinda Citrifolia) dan Jerenang (Daemonorops draco).
Hasil pewarna alami ini sukses membuat hasil Tenun Ikat Dayak Iban semakin terlihat Indah di mata dunia.
ASPPUK dan TFCA Kalimantan Yayasan Kehati juga membantu mempromosikan hasil karya tenun ikat kelompok penenun perempuan Dayak Iban dengan membuka peluang pasar baik lokal, nasional maupun internasional mendukung melalui pameran, workshop, dan fashion show.
Pasar menyambut sangat baik Tenun ikat yang ramah lingkungan hasil karya perempuan Dayak Iban.
Perempuan Dayak Iban berharap terjadi perubahan yakni peningkatan ekonomi bagi keluarga mereka. (*)
Cara Benar Membersihkan Dispenser Agar Kualitas Air Minum Terjaga, Mama Milenial Wajib Tahu!
KOMENTAR