Taruna Kusmayadi Ungkap Alasan Busana Haute Couture Bernilai Fantastis

By Grace Kencana Pranata, Kamis, 8 November 2018 | 17:36 WIB
Desain busana Haute Couture dibuat secara eksklusif oleh desainer untuk klien (Grace Kencana Pranata/ pinterest.nz)

Stylo.ID - Pagelaran busana haute couture di dunia fashion setiap tahunnya selalu ditunggu-tunggu para pencinta fashion.

Busana yang terkenal dengan desain yang esklusif dan harga jualnya selalu fantastis, membuat busana haute couture yang dibuat memiliki ciri khas sendiri dan tidak sama pada setiap desainnya.

Nah Stylovers, seputar sejarah kemunculan busana haute coutre di dunia fashion, awalnya nih tercetus dari seorang perancang busana Charles Frederick Worth berkebangsaan Inggris yang memiliki rumah mode di Rue de la Paix, Paris pada tahun 1858.

Baca Juga : Miss Indonesia 2018 Alya Nurshabrina Ungkap 3 Fashion Items Favoritnya

Charles Frederick Worth, perancang busana berkebangsaan Inggris, pemilik rumah mode di Rue de la Paix, Paris pada tahun 1858 (Grace Kencana Pranata/ sumber : vintagefiore.com)

Worth memiliki ide pertama untuk memamerkan rancangan busananya kepada calon pembeli melalui peragaan busana dan meletakan namanya pada karyanya dengan menggunakan merek.

Tinggal di negara Perancis, berarti harus selalu siap dengan munculnya kreasi terbaru dari para perancang busana.

Begitu juga dengan karya Worth yang berhasil menarik perhatian Ratu Eugénie, istri Louis Napoléon yang merupakan kaisar Perancis kala itu.

Ketika karya seorang desainer busana memiliki karya yang difavoritkan keluarga kerajaan di Perancis, sudah otomatis akan diikuti oleh kalangan elite di Perancis dan negara-negara Eropa lainnya.

Dari faktor itulah karya Worth di dunia fashion semakin dikenal luas dan metode rancangannya yang disebut Haute Couture banyak menginspirasi para perancang mode lainnya hingga saat ini.

Haute Couture sendiri adalah teknik pembuatan pakaian tingkat tinggi yang dibuat khusus untuk pemesannya, menggunakan bahan-bahan berkualitas terbaik, biasanya dihiasi detail, dikerjakan dengan tangan dan pembuatannya memakan waktu yang lama.

Baca Juga : Inspirasi 5 Outer Untuk Hijabers ala Sivia Azizah yang Hip Abis

Lalu apa saja yang menjadi pembeda busana haute couture dengan pakaian ready to wear atau biasa dikenal RTW? 

Nah kali ini Lecturer and Advisory Board Member Indonesian Fashion Chamber Taruna Kusmaryuda Kusmayadi atau yang akrab dipanggil Nuna, berbagi penjelasannya tentang busana haute couture kepada Cece Stylo.id melalui pesan What's app.

Taruna Kusmaryuda Kusmayadi sebagai Lecturer and Advisory Board Member Indonesian Fashion Chamber (kanan) (Grace Kencana Pranata/ sumber : Grid.id)

Busana haute couture memiliki ciri khas yang membedakannya dengan busana ready to wear karena didesain secara eksklusif (one of a kind) oleh perancangnya.

"Busana haute couture dibuat berdasarkan desain atau pesanan khusus dengan ukuran khusus memakai ukuran yang sudah dibentuk pada manequin persis ukuran si pemesan. Sehingga tidak memerlukan beberapa kali proses fitting," ungkap perancang busana yang pernah menjadi Assistant senior stylist di Head Office of Frostman, New York, Amerika Serikat ini.

Baca Juga : Jakarta Fashion Week 2019 : Tren Warna Rambut Colorful dan Layer Mendominasi Pengunjung JFW

Ilustrasi desainer (Grace Kencana Pranata/ freepik.com)

Busana haute couture menggunakan bahan-bahan utama dan pelengkap serta aksesoris detail yang mahal sehingga proses pembuatannya cukup 'njlimet' atau rumit.

Nah Stylovers, menurut pria kelahiran Surabaya ini, ada beberapa faktor yang membuat sebuah rancangan busana haute couture bernilai tinggi.

"Biasanya (busana haute couture) dibuat hanya satu, menggunakan material yang berkualitas, dikerjakan dengan sangat teliti membuatnya memerlukan banyak jam kerja karena dikerjakan secara detail dan perseorangan," ujar Nuna.

Desain busana Haute Couture dibuat secara eksklusif oleh desainer untuk klien (Grace Kencana Pranata/ pinterest.nz)

 Menurut Nuna, bagi para desainer yang ingin merancang busana haute couture yang perlu disiapkan adalah kompetensi mereka untuk membuat produk couture, memiliki ketelitian yang mendekati sempurna atau mengetahui berbagai macam tekstil dan aksesorisnya secara mendalam, mengetahui banyak hal tentang budaya dan sosial sehingga dapat menjadi referensi dalam karya maupun di dunia sosialnya.

Baca Juga : Stylo Of The Day, Pastel Twist Style ala Stevie Wong di Jakarta Fashion Week 2019

Selain itu, seorang desainer yang ingin merancang busana haute couture harus memiliki tim kerja yang sejalan, membangun brand dari label itu sendiri, memiliki sebuah atelier, dan banyak lagi 'modal' untuk menjadi seorang "Couturier".

Banyak karya-karya dari seorang Courturier di dunia memiliki ciri khas bahan material dalam merancang busana haute couture.

Desain busana Haute Couture dibuat dari bahan material berkualitas tinggi dan dikerjakan perseorangan (Grace Kencana Pranata/ sumber : couturenotebook.com)

"Ini tergantung dari spesialisasi masing-masing Courtrier, misalnya Coureges atau Jean Paul Gaultier, perancang yang biasa merancang busana yang avant garde bagi kliennya kadang menggunakan kulit atau kawat atau sequins kristal untuk karya-karyanya, dimana madam Gres selalu menggunakan satin sutera, organdy sutera atau sifon sutera," pungkas Nuna kepada Cece Stylo.id.(*)