Curhatan Desainer Sapto Djojokartiko Tentang Industri Fashion Indonesia

By Mreizghi Alvio Linchia, Senin, 10 September 2018 | 16:01 WIB
Sapto Djojokartiko (esmodjakarta.com)

Stylo.ID - Berawal dari haute couture, Sapto Djojokartiko membuat gebrakan dengan memproduksi ready to wear.

Meski begitu, perjalanannya nggak bisa dibilang mudah. Karena, tantangan yang dihadapi juga berbeda untuk masing-masing konsep rancangan.

Kepada Chia Stylo.ID, Sapto Djojokartiko menceritakan tentang menjadi seorang fashion desainer di Indonesia dan tantangan apa saja yang dihadapinya.

Baca Juga : Desainer Indonesia Vivi Zubedi Sukses Gebrak Panggung New York Fashion Week dengan Koleksi Busana Motif Wayang dan Keindahan Kota Marrakech

Wah, jadi penasaran, seperti apa ya curhatan desainer langganan artis tersebut?

#Banyak Belajar dari Ready To Wear

Tahun 2009, Sapto Djojokartiko merambah dunia ready to wear.

Sapto Djojokartiko S/S 2015 (instagram.com/@saptodjojokartiko)

Hal ini ia lakukan karena kecintaan yang mendalam terhadap haute couture.

Memang sih, rancangan haute couture kerap terlihat sangat mewah, penuh detail dan agak kurang cocok dipakai sehari-hari.

Baca Juga : Berbagai Ide Gaya Rambut Simpel Messy Bun Untuk Kalian yang Nggak Sempat Dandan

Nah, Sapto ingin membuktikan bahwa haute couture juga bisa dipakai untuk kegiatan sehari-hari.

Ia pun membuktikannya dengan melahirkan label ready to wear, tetap dengan ciri khas penuh detail layaknya haute couture.

Apakah dengan begitu ia dengan mudahnya merancang ready to wear? Ternyata nggak!

Baca Juga : 5 Rekomendasi Jam Tangan Bergaya Chic di Bawah 300 Ribu Rupiah yang Cocok untuk Para Millennials

"Dunia fashion itu luas. Setelah merambah ke ready to wear saya merasa nggak mudah, tantangannya berbeda," ujarnya saat dihubungi via telepon oleh Chia Stylo.ID.

Sapto mengaku, sejak merambah ke ready to wear ternyata banyak tantangan berbeda yang harus ia hadapi.

"Awalnya, saya terlalu fokus sama desainnya. Ternyata saat merambah ke ready to wear, saya juga harus belajar memasarkannya," ceritanya.

Baca Juga : Ciptakan Riasan Simpel Tapi Stunning dengan Eyeliner Glitter Mulai dari Harga 38 Ribu Rupiah

Selain itu, ia juga mengalami kendala saat harus memproduksi 1 baju yang dibuat sekian banyak.

"Bermasalah juga sama bahan, karena kalau import kan mahal, tapi bahan lokal belum memadai kualitasnya," celetuk desainer lulusan ESMOD ini.

Sapto juga menyayangkan betapa infrastruktur di dalam negeri kurang bisa mendukung industri fashion Indonesia sepenuhnya.

Baca Juga : Inspirasi Office Look ala Kiara Leswara dengan Fashion Item di Bawah 300 Ribu Rupiah

#Pandangan Tentang Industri Fashion Indonesia

Sapto Djojokartiko S/S 2015 (tribunnews.com)

Sapto memulai karirnya dengan harapan bahwa desainnya bisa membawa nama Indonesia dikenal di luar negeri.

Impiannya itu terwujud nyata sejak rancangan sepatu mules-nya populer di media sosial, dan kini labelnya diakui pasar mancanegara.

Chia Stylo.ID penasaran, apakah menurut Sapto Djojokartiko label fashion Indonesia juga bisa seterkenal label asal Perancis di ranah fashion dunia?

Baca Juga : Cantik dan Feminin, Tiru Monokrom Style ala Aura Kasih dengan Fashion Item Harga Terjangkau

"Saya nggak muluk-muluk sih. Menurut saya, nggak perlu sampai merajai. Bisa jadi bagian dari fashion dunia aja kita harus nyadar dengan kemampuan kita, karena banyak yang perlu kita benahi," jawabnya.

Sapto menegaskan, label fashion Indonesia harus lebih dulu siap dan kuat di negeri sendiri.

Mulai dari kualitas bahan-bahan lokal yang harus ditingkatkan, hingga kebijakan dan infrastruktur dari pemerintah agar mampu mendukung penuh desainer Indonesia.

Baca Juga : 5 Rekomendasi Brush Set untuk Dapatkan Makeup Flawless ala MUA Profesional

Stylovers, ternyata desainer tenar seperti Sapto Djojokartiko aja masih mengalami kendala dalam merancang.

Maka dari itu, jangan berkecil hati saat menghadapi tantangan dalam mengejar impianmu, ya! (*)