YKAN Rayakan 10 Tahun dengan Semangat Kolaborasi "Together, We Find a Way"

By Stylo Writer, Kamis, 5 Desember 2024 | 11:28 WIB
(Ki-Ka) Sekretaris Ditjen KSDAE Kementerian Kehutanan Dr. Ir. Ammy Nurwati MSi, Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto, PhD, Bupati Berau Hj. Sri Juniarsih Mas, M.Pd dan Petambak dari Kampung Pegat Batumbuk, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur Herdin pada acara Konferensi Pers Perayaan 10 Tahun Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN)

Stylo INndonesia - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) merayakan 10 tahun perjalanan mereka dalam menjaga alam Indonesia.

Dengan tema “Together, We Find a Way”, YKAN mengajak semua pihak untuk terus berkolaborasi dalam upaya konservasi yang melindungi keanekaragaman hayati sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sejak berdiri tahun 2014, YKAN sudah bekerja sama dengan pemerintah, organisasi swasta, hingga masyarakat lokal untuk menjalankan program berbasis ilmiah yang non-konfrontatif di 14 provinsi.

Fokus mereka mencakup perlindungan ekosistem darat dan laut, termasuk kawasan mangrove, hutan, hingga terumbu karang.

Baca Juga: Kolaborasi TULOLA dan BCA Mengangkat Budaya dan Ekonomi Kreatif Melalui Koleksi Artwear

Kolaborasi dengan Pemerintah dan Masyarakat

Pengalaman YKAN selama 10 tahun dalam mengelola bentang alam dengan kolaborasi sehingga bisa selaras dengan kegiatan ekonomi. Seperti yang dilakukan di Bentang Alam Wehea-Kelay di Kalimantan Timur, dimana 23 pihak yang mewakili perusahaan, akademisi, pemerintah dan masyarakat adat bisa mendapatkan manfaat ekonomi dengan menjaga kawasan hutan yang masih dihuni oleh orang utan liar, beruang madu, dan satwa liar endemik lainnya (YKAN)

Menurut Ammy Nurwati, Sekretaris Dirjen KSDAE Kementerian Kehutanan RI, tantangan konservasi sangat besar dan tidak bisa diatasi pemerintah sendirian.

“Tantangan ke depan untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati sangat besar, beragam dan kompleks. Pemerintah tidak bisa mengatasi tantangan tersebut sendirian. Kami membutuhkan peran aktif dari swasta, akademisi dan masyarakat, termasuk peran lembaga swadaya masyarakat, seperti YKAN,” jelas Sekretaris Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan RI, Ammy Nurwati, di hadapan media di Jakarta (4/12).

Ammy Nurwati menekankan bahwa pelestarian keanekaragaman hayati adalah prioritas pemerintah, terbukti dari ratifikasi berbagai perjanjian internasional seperti CBD dan WHC. Namun, tantangan besar seperti pencemaran, perambahan, perburuan, dan aktivitas ilegal, ditambah dengan keberadaan 6.000 desa di sekitar kawasan konservasi, masih menjadi kendala.

Baca Juga: Merdi Sihombing Gelar Pameran The Flying Cloth, Karya Fesyen yang Kaya Budaya Lokal dan Peduli Lingkungan

Ia juga menyoroti dampak sampah laut terhadap ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun, dan terumbu karang.