Srikandi untuk Negeri, Denica Riadini-Flesch Berdayakan Perempuan dan Pulihkan Bumi Lewat Sustainable Fashion SukkhaCitta

By Cerysa Nur Insani, Jumat, 22 September 2023 | 15:20 WIB
Denica Riadini-Flesch, co-founder dan CEO SukkhaCitta serta SukkhaCitta Foundation. (instagram.com/denicaflesch)

Stylo Indonesia - Halo, Stylovers! Kali ini, Stylo Indonesia akan membagikan kisah sosok inspiratif Srikandi untuk Negeri yang bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Cerita sosok inspiratif Srikandi untuk Negeri kali ini datang dari Denica Riadini-Flesch, co-founder dan CEO SukkhaCitta serta SukkhaCitta Foundation.

Ada banyak hal yang bisa menjadi inspirasi Stylovers dari Denica Riadini-Flesch dalam menjalani usahanya.

Pastinya Stylovers makin penasaran dengan kisah lengkap sosok inspiratif Srikandi untuk Negeri kali ini, kan?

Yuk, langsung simak kisah Srikandi untuk Negeri, Denica Riadini-Flesch co-founder dan CEO SukkhaCitta serta SukkhaCitta Foundation yang telah dirangkum oleh Stylo Indonesia.

Menyadari adanya kehidupan banyak perempuan hingga kelestarian bumi yang dipertaruhkan demi pakaian yang kita pakai, Denica banting setir dari kariernya untuk memulai perubahan.

Denica adalah sosok perempuan dengan latar belakang sebagai ekonom yang sempat menyelesaikan pendidikannya di Erasmus University Rotterdam, Belanda.

Sebelumnya, ia banyak bekerja di sektor nirlaba atau Lembaga Swadaya Masyarakat.

Perjalanan kariernya juga sempat mengantarnya bekerja sebagai konsultan program pengembangan sosial di Bank Dunia.

Perjalanan Mencari Makna

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Nia Umar Ajak Seluruh Ibu di Indonesia untuk Terus Perjuangkan ASI

Keinginan Denica untuk memiliki makna yang lebih mendorongnya untuk melakukan riset sendiri, berkeliling dari desa ke desa untuk belajar tentang kemiskinan.

Apa yang Denica temukan ternyata di luar dugaan, ada kenyataan yang tersembunyi dari mereka yang tinggal di kota besar.

Denica menyaksikan adanya eksploitasi perempuan dan bumi yang terjadi di balik pakaian yang kita kenakan setiap hari.

Tentunya temuan ini membuat Denica patah hati ketika dihadapkan dengan dampak sebenarnya di balik pilihan kita yang mungkin terkesan sederhana, membeli pakaian.

“Saya besar di Jakarta, jadi selama ini saya tidak pernah tahu ada perjalanan panjang di balik benda-benda yang kita gunakan setiap hari,” ujar Denica memulai cerita.

“Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya menyadari bahwa pakaian tidak hanya muncul di toko-toko. Tapi ada jutaan perempuan yang mata pencahariannya bergantung padanya,” lanjutnya.

Denica menyaksikan secara langsung para ibu-ibu di daerah yang membuat kain dengan tangan, menggunakan teknik warisan yang dipelajari dari nenek moyang mereka.

Meski tampak indah, tak bisa dipungkiri bahwa ibu-ibu tersebut masih harus hidup di bawah garis kemiskinan.

Sebagai industri yang informal, tentunya mereka sulit mendapatkan akses yang dibutuhkan dan tidak dilindungi oleh peraturan hukum.

“Saat itulah saya menyadari bahwa ada hubungan yang terputus antara kita sebagai pelanggan dan bagaimana pakaian kita dibuat,” ungkap Denica.

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Nicky Clara Berdayakan Penyandang Disabilitas dan Perempuan agar Punya Hak yang Sama

“Ini yang mendorong saya untuk membangun jembatan, sebuah usaha sosial yang mengundang komunitas di seluruh dunia untuk menjadi bagian dari solusi beberapa masalah sosial dan lingkungan paling mendesak di dunia,” tambahnya.

Untuk Ibu dan Bumi

Denica memaparkan bahwa 98 persen perempuan yang membuat pakaian kita tidak bisa menghasilkan cukup uang untuk menghidupi keluarga mereka.

Fakta ini membuat Denica semakin menyadari betapa besarnya pengaruh pilihan kita dalam kehidupan orang lain.

Selain ibu-ibu di desa, praktik fast fashion juga ikut mengorbankan bumi.

“Saya melihat secara langsung dampak buruk bahan kimia yang digunakan untuk membuat pakaian kita. Di mana sungai-sungai berubah warna mengikuti warna tren koleksi fashion terbaru,” Denica berkisah.

Ironisnya, sungai yang tercemar tersebut adalah sungai yang juga mengirigasi makanan kita.

Kondisi ini mendorong Denica untuk mencari jalan yang lebih baik, untuk membantu perempuan pengrajin pakaian dapat keluar dari kemiskinan sekaligus menyembuhkan bumi.

“Tapi saya tahu tidak mungkin bisa melakukannya sendiri. Jadi, saya memutuskan untuk membangun sebuah usaha sosial untuk mengundang Anda menjadi bagian dari perjalanan membangun dunia yang lebih adil, di mana setiap pembelian mendanai pekerjaan kami di desa,” ujar Denica.

SukkhaCitta dan Rumah SukkhaCitta Foundation

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri Suzanne Elizabeth Subijanto Wujudkan Perempuan Plus Size Bisa Tampil Modis Lewat Brand My Size

SukkhaCitta adalah usaha sosial yang dibangun untuk menjembatani antara perajin perempuan dengan pekerjaan yang adil dan berkelanjutan.

Dengan konsep fashion berkelanjutan, SukkhaCitta menawarkan koleksi pakaian dengan gaya simpel dan elegan yang dibuat dari bahan dan teknik berkelanjutan serta ramah lingkungan oleh perajin perempuan yang dikompensasi secara setimpal dan adil.

Sebagai usaha sosial, 100 persen dari keuntungan SukkhaCitta diinvestasikan kembali ke dalam program pembangunan desa yang mereka jalankan.

Di antaranya ada program-program pelatihan, mendanai sekolah kerajinan, hingga proyek pertanian regeneratif.

“5 tahun kemudian, dampaknya sangat terasa. Di desa kami dan sekitarnya, ibu-ibu kami menjadi pembuat perubahan yang mengangkat komunitas mereka!” ujar Denica dengan antusias.

Namun untuk bisa menciptakan solusi yang bermakna untuk masalah dunia yang sangat besar ini, Denica sadar tidak bisa melakukannya sendiri.

Sehingga di tahun 2020, ia memutuskan untuk mendirikan Yayasan Rumah SukkhaCitta bagi mitra yang mempunyai misi serupa dan mau memperkuatnya bersama.

“Semua proyek pembangunan, reforestasi, dan edukasi kami di desa-desa seluruh Indonesia dijalankan oleh Yayasan Rumah SukkhaCitta,” jelas Denica.

Di antaranya ada sekolah kerajinan yang memberi pelatihan mengenai bahan dan proses produksi yang ramah lingkungan sebelum menghubungkannya dengan pasar.

Kemudian ada proyek pertanian regeneratif yang mendukung petani-petani di Desa Gaji, Jawa Timur dan Desa Jlamprang, Jawa Tengah untuk bertransisi ke praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Katharina Inkiriwang Dirikan Brand Fashion Sustainable MASSHIRO&Co. dari Pengalaman sebagai Ibu Menyusui

Misalnya dengan menanam kapas organik di halaman belakang mereka, menggunakan sapi lokal sebagai pupuk alami, dan menanam tanaman pewarna alami.

SukkhaCitta juga mendorong penggunaan pewarna alami dalam setiap kain mereka dan praktik zero-waste.

Salah satu programnya adalah dengan mengubah sampah agrikultur menjadi pewarna yang ramah lingkungan, serat alami dari limbah pisang dan nanas, hingga mengolahnya jadi produk yang layak dipasarkan.

Kontribusi Denica bersama SukkhaCitta berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan seperti Leadership Award for Sustainable Fashion dari Common Objective di tahun 2022 dan menjadi salah satu Forbes 30 Under 30 oleh Forbes Asia tahun 2019.

Bersama Rumah SukkhaCitta Foundation, ada impian mulia yang ingin dicapai oleh Denica.

“Kami membayangkan masa depan di mana kita dapat berkembang bersama dengan alam, yang didukung oleh ekonomi desa yang tangguh yang berakar pada budaya asli, kesetaraan gender, dan rasa hormat yang mendalam terhadap batas-batas planet kita,” ujarnya. (*)

Baca Juga: Srikandi untuk Negeri, Ika Sastrosoebroto Memilih Menjadi PR Agar Selalu Ada di Samping Anak