Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kota Makassar ini juga mengeluhkan regenerasi dari para penenun sutra yang tidak terjadi.
Akibatnya, masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menenun sutra kebanyakan sudah berusia lanjut dan berjumlah sedikit.
Sehingga untuk pengerjaan sebuah sarung saja bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan.
Menurutnya, kondisi seperti ini tentunya akan membuat sulit untuk memenuhi kebutuhan.
Indira juga membandingkan dengan kondisi di Kabupaten Sengkang di mana masih terdapat banyak penenun.
Namun, dirinya sendiri ingin mengajak orang Makassar asli untuk belajar menenun secara khusus untuk melestarikan corak-corak tenun Makassar yang menjadi khas Bugis.
“Di Sengkang, itu banyak penenun. Tapi di Bugis Makassar kan juga ada coraknya, ada corak Labba yang besar, hingga corak Lagosi yang bunga-bunga,” ungkap Indira.
“Mudah-mudahan itu bisa kita wariskan pada anak cucu kita, itu harapannya,” lanjutnya.
Indira membandingkan tradisi di masyarakat Bali, di mana semua masyarakat Bali harus memakai kain Bali.
“Kita jadikan way of life kita seperti di Bali, di Bali semua harus pakai kain Bali. Menenun itu bagian dari masyarakat Bali, InsyaAllah Makassar juga akan seperti itu,” tutupnya.
Nah, itu dia Stylovers upaya pelestarian tenun sutra Makassar menurut Indira Jusuf Ismail selaku Ketua Dekranasda Kota Makassar. Pelestarian wastra asli Nusantara memang penting banget, ya!
Liputan Stylo Indonesia Heritage di Kota Makassar didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Makassar dan Induk UMKM Indonesia. (*)
Baca Juga: Tampil di Fashion Tendance 2023, Yurita Puji Pamerkan Busana dengan Sentuhan Tenun Lombok