Sementara itu, ciuman umum diukur dengan pertanyaan, “Dalam beberapa tahun terakhir, seberapa sering Anda mencium pasangan?”
Opsi jawaban untuk pertanyaan kedua juga menggunakan skala Likert, kali ini dengan tujuh poin, di mana poin satu untuk “tidak pernah” hingga poin tujuh untuk “lebih dari satu kali setiap harinya.”
Para peneliti juga menanyakan beberapa pertanyaan terkait konsistensi orgasme, frekuensi hubungan seksual, kepuasan dan ketidakpuasan seksual, serta kepuasan dan ketidapuasan pada hubungan.
Hasilnya, mayoritas responden melaporkan bahwa mereka mencium pasangan di bibir dalam hubungan intim terakhir cukup sering, dengan nilai 3,5 dan 4,0 dari skala lima poin Likert.
Lalu dalam ciuman umum, rata-rata respons partisipan adalah sekitar enam hingga tujuh poin.
Artinya, berciuman cukup sering dan tetap melakukannya dalam hubungan intim meski tak terlalu sering.
Lantas, apakah ada efeknya?
Ternyata, ada.
Bagi perempuan, frekuensi ciuman spesifikmemiliki efek yang signifikan dan langsung pada konsistensi orgasme, frekuensi seksual, dan kepuasan seksual.
Sementara itu, ciuman secara umum bagi wanita memberi efek langsung yang signifikan pada konsistensi orgasme, frekuensi seksual, ketidakpuasan seksual, serta kepuasan dan ketidakpuasan dalam hubungan.
Bagi pria, frekuensi ciuman juga memiliki efek langsung yang signifikan pada frekuensi dan kepuasan seksual.
Sementara untuk ciuman umum dilaporkan bahwa frekuensinya memiliki efek langsung signifikan pada konsistensi orgasme, frekuensi seksual, kepuasan dan ketidakpuasan seksual, serta ketidakpuasan hubungan.