“Aku sadar ada hal yang bisa dan nggak bisa diubah dari diri kita, seperti warna kulit aku yang sawo matang, jadi aku menerima dan merawatnya dengan baik saja agar glowing dan sehat,” ujar Sri.
Tak mau ambil pusing dengan perkataan negatif yang sering diucapkan oleh teman-teman soal fisiknya, Sri memilih membiasakan diri jika hal tersebut kembali terjadi.
“Dari situ aku belajar, menjadi korban bullying dihadapkan dua pilihan, yaitu membenarkan apa yang mereka katakan dan berputus asa atau mencintai diri sendiri dan fokus mengasah kelebihan untuk membuat orang lain lupa dengan kelebihan yang kita miliki,” ujar Sri.
Pengalaman Berharga Menjadi Penyintas Bullying #InspirasiCantik
Patinya banyak hal yang telah Sri lewati sebagai penyintas bullying sejak remaja hingga memberikannya banyak pengalaman berharga dalam hidupnya.
Tak dapat dipungkiri, dampak negatif dari bullying yang Sri alami masih teringat jelas di ingatannya.
“Nggak sampai trauma sih, cuma perilaku bullying yang aku terima masih membekas dan teringat jelas dipikiranku kalau dulu pernah jadi korban,” ujar Sri.
Di tengah perjuangannya sebagai penyintas bullying, ia menyadari pentingnya untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu untuk bangkit dan support orang sekitar untuk membantunya semangat melewati semua hal yang terjadi dalam hidupnya.
Untungnya, Sri memiliki keluarga yang menerima dirinya apa adanya dan mendukung apapun keputusan dirinya untuk mencintai diri dan berubah menjadi lebih baik lagi.
Meski masih banyak orang yang masih memandang sebelah mata dirinya, namun hal tersebut tidak membuat Sri kembali minder.