Stylo Indonesia - Pada hari Jumat (29/10), Jakarta Fashion Hub menggelar sebuah webinar yang membahas sustainable fashion dalam kacamata industri fashion tanah air.
Webinar tersebut diisi oleh 3 pembicara, yaitu Shari Semesta selaku Co-Founder Imaji Studio, Hetty Awy selaku Founder 3Mongkis, dan Sheila Rachmat selaku Head of Marketing Communication Asia Pacific Rayon.
Pembahasan sustainable fashion ini tak terlepas dari semakin besarnya minat generasi muda terhadap lingkungan dari perspektif fashion.
Untuk Stylovers yang masih asing, sustainable fashion adalah sebuah gerakan yang menuntut agar industri fashion lebih mementingkan dan menjaga lingkungan, serta lapisan masyarakat di dalamnya.
Karena tak hanya lingkungan, lapisan masyarakat yang berkontribusi dalam industri fashion juga harus merasakan manfaat yang setara.
Menurut Shari Semesta sebagai pembicara, terdapat empat pilar yang diyakininya untuk menjaga spirit sustainability, yaitu environment, society, economy, dan lifestyle.
Menurutnya, empat pilar tersebut memiliki arti: bagaimana produk yang dihasilkan tidak merusak lingkungan, bermanfaat bagi masyarakat, memiliki nilai ekonomi, dan bisa digunakan sebagai gaya hidup.
Sementara itu, Hetty Awi melakukan tiga cara sebagai upayanya dalam melakukan sustainable fashion, yaitu bahan baku, sisa bahan, dan kualitas.
Maksudnya adalah, bagaimana bahan baku yang digunakan merupakan bahan-bahan yang dapat mudah didaur ulang, melakukan proses produksi yang tidak menghasilkan banyak bahan baku, serta menggunakan bahan berkualitas tinggi sehingga produk yang dihasilkan dapat tahan lama.
Proses serupa juga dilakukan oleh Asia Pacific Rayon yang dijabarkan oleh Sheila Rachmat.
Baca Juga: Fakta Menarik Tentang Met Gala, Perhelatan Fashion yang Paling Dinanti
Menurut paparannya, dilakukan research atau penelitian bahan baku, penjagaan proses produksi agar tetap bersih, serta bagaimana produk dapat memiliki dampak sosial dan ekonomi.
Dengan berbagai upaya yang tela dilakukan oleh brand-brand di atas, diharapkan mampu memberikan dampak nyata bagi kelangsungan hidup bumi di masa depan.
(*)