Deteksi Kanker Payudara Sejak Dini dengan Prosedur Baru, Bebas Superposisi dan Minim Paparan Radiasi!

By Astria Putri Nurmaya, Rabu, 20 Oktober 2021 | 16:55 WIB
Deteksi Kanker Payudara Sejak Dini dengan Prosedur Baru, Bebas Superposisi dan Minim Paparan Radiasi! (freepik.com)

Stylo Indonesia - Stylovers yuk lebih perhatian lagi dengan kesehatan kita, seperti deteksi kanker payudara sejak dini.

Melakukan deteksi kanker payudara sejak dini bisa meningkatkan angka kesembuhan apabila diketahui seja stadium awal.

Kamu juga perlu tahu ada prosedur baru dalam deteksi kanker payudara sejak dini yang minim paparan radiasi lho!

Langsung, simak ulasan berikut ini yuk, Stylovers!

Baca Juga: Efek Samping Tak Pakai Bra, Benarkah Bisa Picu Kanker Payudara? Cek Faktanya!

Menurut statistik terbaru, kanker payudara adalah bentuk paling umum dari kanker pada perempuan, mempengaruhi sekitar satu dari sembilan.

Sekitar 2,1 juta perempuan tertular penyakit ini pada tahun 2018, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan 630.000 di antaranya meninggal karenanya, banyak karena keterlambatan diagnosis dan kurangnya akses ke pengobatan yang terjangkau.

"Ada kemungkinan yang sangat tinggi hari ini bahwa seorang perempuan akan selamat dari kanker payudara," kata Dr. Christian Albring, presiden Asosiasi Profesional Ginekologi (BVF) di Jerman, di mana tingkat kelangsungan hidup agak lebih tinggi daripada rata-rata global.

Dari hampir 70.000 perempuan setiap tahun yang terkena kanker payudara di sana, antara 17.000 dan 19.000 meninggal.

"Tetapi tingkat kelangsungan hidup akan lebih tinggi jika semua perempuan menjalani skrining mamografi, dan bukan 50% seperti yang terjadi sekarang (di Jerman)," kata Albring.

Mulai usia 20, perempuan harus selalu meraba payudara mereka secara sistematis pada hari-hari setelah menstruasi untuk memeriksa adanya benjolan atau kelainan lainnya, sarannya.

Setelah usia 30, palpasi payudara dan daerah sekitarnya, termasuk ketiak, biasanya merupakan bagian dari skrining kanker ginekologi tahunan. Mammogram, atau rontgen payudara, adalah opsional.

Baca Juga: Penyebab Stretch Mark di Payudara Menurut Ahli, Tak Perlu Panik!

Jika ada kerabat dekat seperti ibu, nenek atau saudara perempuan pernah menderita kanker payudara atau ovarium, pemeriksaan yang lebih menyeluruh mungkin disarankan. Kita harus berkonsultasi dengan dokter.

Perempuan berusia 50 hingga 69 tahun sangat disarankan untuk pemeriksaan mamografi setiap dua atau tiga tahun.

Sementara mammogram telah secara signifikan menurunkan jumlah kasus kanker payudara yang tidak terdeteksi hingga stadium lanjut, beberapa perempuan takut akan hal itu, menganggap prosedur tersebut tidak nyaman dan terkadang menyakitkan.

Manfaat mammogram adalah mendeteksi kanker payudara sejak dini, kata Albring. Namun, mammogram mungkin gagal mendeteksi beberapa kanker payudara, atau mendeteksi kanker yang mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun atau mengancam jiwa, sehingga pengobatan yang tidak perlu dilakukan.

Untuk membuat diagnosis pasti, sampel kecil jaringan payudara diambil (biopsi) untuk diperiksa di bawah mikroskop.

Paparan radiasi yang berlebihan dari mammogram menjadi semakin kurang menjadi perhatian, kata Albring, karena peralatan dan teknik modern terus menurunkan tingkat radiasi.

Skrining mamografi tidak dimulai sampai risiko statistik perempuan untuk kanker payudara meningkat, yaitu setelah usia 50 tahun, tegas Dr. Susanne Weg-Remers, kepala Layanan Informasi Kanker di Pusat Penelitian Kanker Jerman (DKFZ). "Ini mencegah seorang perempuan dari paparan radiasi yang berlebihan selama hidupnya," catatnya.

Sejauh ini tidak ada alternatif nyata untuk mammogram sebagai alat diagnostik, menurut Weg-Remers, yang menambahkan bahwa pencitraan resonansi magnetik payudara (MRI) dan USG payudara adalah pemeriksaan pelengkap yang penting.

Baca Juga: Tips Cegah Kanker Payudara, Yuk Terapkan 5 Kebiasaan Baik Ini!

Prosedur baru adalah pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) pada payudara. Mereka memberikan gambar 3D resolusi tinggi, bebas dari superposisi dan dengan paparan radiasi yang sangat sedikit, kata ahli radiologi Dr Karsten Ridder, yang melakukan prosedur itu sendiri.

"Kontras jaringan kelenjar dan kalsifikasi menjadi jelas," katanya, dan payudara tidak harus dikompresi seperti halnya untuk rontgen agar gambarnya lebih tajam dan jelas.

Weg-Remers juga mencatat keuntungan dari CT scan. "Karena payudara tidak ditekan bersama-sama, kita dapat lebih mudah menentukan dari mana harus mengambil biopsi," katanya, tetapi memperingatkan bahwa CT scan payudara masih merupakan prosedur eksperimental. (Traya/Stylo)(*)

Artikel ini telah tayang di GridHealth.id dengan judul, "Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Perlunya Pemeriksaan Skrining".

Penulis: Soesanti Harini Hartono