“Sebagaimana kita ketahui, Candi Borobudur adalah sumber pengetahuan, yang salah satunya adalah musik. Musik punya kekuatan untuk menggaungkan nilai-nilai kepada dunia sebagai salah satu diplomasi budaya kita. Dengan musik pula, kita mendorong pariwisata berbasis budaya sebagai upaya melestarikan warisan-warisan budaya yang berkelanjutan,” tutur Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Baparekraf Rizki Handayani Mustafa.
Dalam konferensi ini akan digelar seminar dan diskusi yang menghadirkan pembicara ahli dari kalangan akademisi maupun praktisi yang menguasai bidang ekonomi kreatif, kepariwisataan, kesenian, dan kebudayaan.
Trie Utami, penyanyi dan musisi yang aktif terlibat dalam kegiatan Sound of Borobudur, mengatakan, “Dalam konferensi internasional ini akan dibahas bagaimana Sound of Borobudur, dalam hal ini musik-musiknya, menjadi lumbung lintas bangsa. Bagaimana musik dan alat-alat musik yang terpahat di Borobudur dapat merepresentasikan gagasan bahwa musik, dalam posisi strategis, dapat difungsikan sebagai alat pemersatu dan alat diplomasi budaya antarbangsa.”
Konferensi internasional Borobudur merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan konferensi internasional lima destinasi super prioritas yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sepanjang Juni–November 2021.
Kegiatan semacam ini akan diadakan pula di empat destinasi super prioritas yang lain, yaitu Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Hal ini diharapkan akan dapat menggali potensi pengembangan destinasi-destinasi tersebut sebagai daya tarik wisata dan budaya berkelas dunia. (*)