“Borobudur kita metaforakan sebagai pertama lumbung pengetahuan. Ada begitu banyak pengetahuan yang bisa digali dari relief-reliefnya. Kedua, Borobudur juga adalah lumbung budaya untuk seluruh komunitas yang ada di sekitar Borobudur,” ujar Melani Budianta, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada peluncuran konferensi internasional “Sound of Borobudur: Music over Nations”, Senin (7/6) .
Terkait dengan warisan yang luar biasa tersebut, sejak lima tahun belakangan, Yayasan Padma Sada Svargantara menginisiasi Sound of Borobudur Movement untuk meneliti, mengeksplorasi, dan menghadirkan kembali alat-alat musik yang tergambar pada relief Borobudur dalam wujud fisik serta membunyikannya kembali dalam bentuk orkestrasi.
Pada relief Candi Borobudur, terpahat lebih dari 200 alat musik yang terdapat pada 44 panel.
Menariknya, ditemukan kemiripan antara alat-alat musik pada relief Borobudur dengan sejumlah alat musik di 34 provinsi di Indonesia dan di puluhan negara lain.
Penemuan ini mendorong kita pada kesimpulan, relief Borobudur menunjukkan keragaman dan kekayaan alat musik yang menyiratkan adanya jejaring budaya yang luas cakupannya, baik secara lokal maupun global.
Terkait konferensi yang akan digelar 24 Juni mendatang, Pengampu Utama Yayasan Padma Sada Svargantara sekaligus Programer Sound of Borobudur Purwa Tjaraka mengatakan, “Sudah saatnya fakta peradaban tentang Borobudur ini diperkenalkan sebagai aset bangsa yang bukan hanya membanggakan sebagai klaim, tetapi juga menyiratkan dan memberi pelajaran bahwa bangsa ini dulu berkumpul, bersatu, bermain musik bersama, dan dipastikan punya rasa toleransi antarsuku dan antaragama.”