Stylo Indonesia - Stylovers, tahukah kamu salah satu rahasia di balik industri fashion yang belakangan terungkap, yaitu brand fashion mewah kerap membakar produk mereka yang tak laku.
Pada tahun 2018 lalu, Burberry dikabarkan membakar produk mereka yang tak laku mulai dari pakaian, aksesori, dan parfum senilai total lebih dari Rp 500 miliar.
Ternyata, tak hanya Burberry yang melakukan ini, tetapi juga sejumlah brand fashion mewah lainnya seperti Louis Vuitton, Cartier, dan lain sebagainya.
Kira-kira, apa alasan brand fashion mewah tersebut lebih memilih untuk membakar produk mereka yang tak laku ketimbang menjualnya dengan harga diskon atau mendonasikannya, ya?
Dilansir dari ethicalmadeeasy.com, inilah alasan brand fashion mewah pilih bakar produk mereka yang tak laku.
Baca Juga: Pentingnya Kemeja Putih untuk Setiap Perempuan, Tak Lekang oleh Waktu!
Membakar produk yang tidak terjual adalah kejadian biasa di Prancis dan dilakukan oleh brand fashion terkemuka.
Mengapa brand fashion mewah membakar produk mereka yang tidak terjual?
Brand mewah seperti Burberry, Louis Vuitton, dan Chanel, membuang stok barang mereka yang tidak terjual dengan mengirimkannya ke tempat pembuangan sampah atau membakarnya sebagai alternatif.
Menurut ABC News, Burberry telah menghancurkan barang dengan nilai lebih dari 150 juta dolar Amerika selama 5 tahun terakhir.
Pakaian, tas, dan parfum termasuk di antara produk-produk yang dibuang untuk menghindari harga jual yang lebih murah ini.
Banyak alasan dikaitkan dengan praktik ini, tetapi motif utamanya adalah untuk menyelamatkan image brand yang dikenal mewah.
Alih-alih menjual barang yang kurang laku dengan harga diskon misalnya, mereka lebih memilih untuk membuang atau menghancurkan produk mereka untuk menjaga image.
Produk dari brand mewah ingin tetap dipandang sebagai barang bernilai yang hanya bisa didapatkan dengan harga tinggi dan tidak bisa didapatkan dengan harga diskon.
Meskipun metode pembuangan ini sudah lama digunakan, Pemerintah Prancis kini bersikeras melarang penghancuran barang-barang yang tersisa dan gagal terjual.
Menurut Agence France-Presse, Perdana Menteri Edouard Philippe menganggap praktik tersebut memalukan dan merupakan pemborosan yang menentang akal sehat.
Selain merupakan pemborosan, cara membuang produk yang dilakukan oleh brnad-brand ini juga sama sekali tidak ramah lingkungan.
Dengan banyaknya jumlah sampah yang terkumpul setiap hari, tidak hanya di Prancis tetapi di seluruh dunia, hanya ada sedikit ruang tersisa untuk menampung barang-barang dari brand mewah yang diproduksi berlebihan dan tidak terjual hingga akhirnya harus dibuang.
Padahal sesungguhnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para brand mewah tersebut untuk menghindari hal ini.
Misalnya mengurangi jumlah barang yang diproduksi, mendaur ulang barang yang masih memenuhi syarat untuk didaur ulang, didonasikan, dan menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan.
Cara tersebut bisa membantu menjaga agar barang-barang yang tak terjual dari brand mewah tersebut untuk tidak berakhir di tempat pembuangan sampah.
Pemerintah Prancis akhirnya menetapkan peraturan untuk brand fashion mewah yang ada di sana.
Jika brand tidak mematuhi undang-undang baru yang ditetapkan oleh pemerintah Prancis dan terus membakar produk yang tidak terjual atau mengirimnya ke tempat pembuangan sampah, ada hukuman yang akan diberikan.
Di antaranya adalah denda, hukuman finansial, hingga bahkan hukuman penjara.
Nah, itu dia Stylovers alasan brand fashion mewah memilih untuk membakar produk mereka yang tak terjual.
Semoga, ke depannya ada solusi yang lebih baik dan ramah lingkungan untuk produk-produk tersebut, ya! Kalau didiskon, Stylovers mau beli enggak, nih? (*)