Stylo Indonesia - Sensasi membeli pakaian baru memang sangat menyenangkan, apalagi baju tersebut model dan ukurannya cocok untukmu.
Pasti kita sering tak sabar untuk buru-buru memakainya tanpa dicuci dahulu.
Nah Stylovers, mencuci baju baru sebelum dipakai pertama kalinya itu sangat penting, loh!
Walaupun terlihat bersih dan belum pernah dipakai, baju baru menyimpan beragam risiko masalah kesehatan yang tidak kita sadari, loh.
Baca Juga: Endorse OOTD, Penampilan Shandy Aulia Pakai Dress Simpel Langsung Dipuji Habis-habisan!
Apapun kondisi bajunya yang kita beli, baik yang sudah dipajang di etalasi atau baru diambil dari gudang, kamu perlu mencuci pakaian baru tersebut sebelum dipakai dan menempel langsung pada kulit.
Pakaian yang baru dibeli dan tidak dicuci sangat mungkin terkontaminasi bakteri, jamur, kutu, atau bahan kimia, tergantung pada bagaimana cara baju tersebut dibuat, disimpan, maupun saat pengangkutannya.
Maka dari itu Stylovers, penting skeali mencuci baju baru sebelum menggunakannya.
Dilansir Stylo dari Kompas.com, para ahli telah memperingatkan adanya potensi risiko kontaminasi virus dan bakteri dari baju baru — mulai dari yang menyebabkan flu, infeksi jamur, hingga ruam kulit.
Kuman dan bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit, Stylovers.
Selain itu, ketika kita berkeringat pori-pori akan terbuka sehingga membuat patogen penyebab penyakit bisa masuk lebih mudah.
Di toko, mungkin baju sudah pernah dicoba oleh orang lain beberapa kali.
Baca Juga: Pakai Sepatu Mewah, Amanda Manopo Ikatan Cinta Dikritik Netizen karena Berat Badannya!
Nah kalau orang itu mengalami infeksi kulit, maka penyakit bisa disebarkan melalui pakaian.
Serat kain merupakan lingkungan yang paling disukai oleh kutu, bakteri, dan virus untuk berkembang biak.
Virus flu dan norovirus, misalnya, dapat bertahan di kain dan permukaan keras hingga 48 jam.
Baca Juga: Gaya Hidup Sehat Bantu Membuat Rambut Terawat dan Tebal, Ini Pemaparannya Menurut Ahli
Jika seseorang yang sebelumnya menggunakan pakaian menderita flu, maka virus bisa bertahan sekitar satu hari atau lebih dan menyebar ke orang berikutnya.
Pada beberapa kasus, pewarna sintetis yang masih melekat pada serat-serat pakaian dapat menyebabkan dermatitis kontak, yakni peradangan kulit akibat kontak dengan suatu zat alergen tertentu.
Apa saja bahan kimia berbahaya yang ditemukan pada produk pakaian baru?
Chromium IV: sering ditemukan pada bahan kulit dan wol yang dapat menyebabkan kontak dermatitis
DMF: digunakan untuk mencegah jamur dan produk pakaian dari kulit menjadi lembab.
DMF dapat menyebabkan eksim yang sulit diobati.
Alkofenon: digunakan untuk produksi tekstil dan kulit, merupakan zat yang beracun bagi lingkungan
Pewarna dispersi: yang bisa menyebabkan alergi dan ruam
Pewarna azo: sering digunakan dalam proses pewarnaan tekstil. Baru-baru ini diketahui bahwa beberapa agen pewarna dalam azo mungkin bersifat karsinogenik dan mutagenik. Penemuan ini telah dilakukan oleh EU REACH (Europian Union Registration, Evaluation, Authorization and Restriction of Chemicals), sebuah badan legalasi dari Uni Eropa.
Formalin: digunakan untuk proses finishing kain. Paparan rendah zat ini mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan bisa menyebabkan alergi yang mempengaruhi kulit dan paru-paru.
Baca Juga: 5 Titik Sensitif Tak Lazim yang Wajib Disentuh Saat Bercinta, Gairah Seks Makin Membara!
Fenol terklorinasi: digunakan dalam pengolahan tekstil. Kontak dengan bahan ini terutama dalam bentuk uap bisa mengiritasi kulit, mata, dan mulut. Mencuci baju baru bisa mencegah Anda dari iritasi kulit, apalagi untuk orang yang memiliki kulit sensitif.
Stylovers juga perlu diingat juga untuk selalu mencuci pakaian baru dengan mengikuti petunjuk cara pencuciannya untuk mencegah bahan cepat rusak. (*)