Waspada Mutasi Virus Corona B.1.1.7 dari Inggris Sudah Masuk ke Karawang, Ini Penjelasan Ahli

By Stylo Indonesia, Kamis, 4 Maret 2021 | 10:55 WIB
Virus corona baru B117 sudah menyerang warga Karawang, Jabar. (Getty Images/iStockphoto/serts)

 Stylo Indonesia - Pandemi Covid-19 yang melanda hampir di seluruh dunia saat ini terus mengalami perkembangan terbaru.

Virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ternyata mengalami mutasi baru di setiap waktunya.

Dilansir Stylo Indonesia dari Kompas.com, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, ditemukan dua kasus mutasi virus corona asal Inggris atau B.1.1.7.

Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, mutasi virus corona B.1.1.7 ini ditemukan setelah dilakukan pengecekan terhadap 462 kasus dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Bak Bangkai yang Ditutupi Tercium Juga, Teddy Akhirnya Baru Ngaku Pakai Uang Rizky Febian Rp5 Miliar, Tak Bisa Kembalikan Sepeser pun

Dante mengatakan, mutasi virus corona tersebut akan membuat masyarakat semakin kesulitan sehingga dibutuhkan model penanganan yang lebih baik.

"(Kembangkan) riset dan model penanganan lebih baik dan studi-studi epidimologis secara analitik karena proses mutasi ini sudah ada di sekitar kita," ujar Dante, Selasa (3/3/2021).

Nah Stylovers, berikut ini deretan fakta mutasi virus corona B.1.1.7 yang masuk ke Indonesia:

Baca Juga: 5 Manfaat Bercinta di Pagi Hari yang Rugi Jika Dilewatkan, Cobain Deh!

Dibawa dari Arab Saudi

Menurut pemaparan yang diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dua kasus mutasi B.1.1.7 berasal dari WNI yang kembali dari Arab Saudi.

"Ini dari pelaku perjalanan yang kembali dari Arab Saudi ya," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/3/2021).

Sama dengan uncapan Nadia, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, dua kasus mutasi virus corona itu ditemukan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Eyelash Serum Harga di Bawah Rp 100 Ribu yang Bisa Bikin Bulu Mata Kuat dan Lebat!

Ia mengatakan, sudah meminta Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk melakukan penelitian terkait mutasi virus tersebut.

"Varian baru virus corona diberitakan sudah ada di Indonesia, masuk di Karawang kami sudah melakukan pelacakan dan meminta kalau boleh tim Unpad utk meneliti UK B.1.1.7 ini," kata Ridwan di RSP Unpad, Bandung, Rabu.

Lebih menular

Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan mutasi virus corona B.1.1.7 lebih menular dari virus corona yang ada sebelumnya.

Baca Juga: Bertahun-tahun Perang Dingin, Maia Estianty Puji Mulan Jameela Setinggi Langit Karena Hal Ini, Ada Apa?

Dicky mengatakan, penularan mutasi virus corona ini lebih cepat 40-70 persen.

"Ada potensi pada event super spreader atau keramaian akan sangat efektif (menular) itu. Karena 40 sampai 70 persen cepat menular," jelas Dicky kepada Kompas.com, Rabu.

Menurut Dicky, mutasi virus corona ini sama dengan virus corona SARS-CoV-2. Keduanya hanya memiliki perbedaan pada kode genetik.

"Kalau bicara strain baru, virusnya tetap SARS-CoV-2, penyakitnya pun sama, Covid-19, hanya yang berbeda adalah kode genetik dari si virus ini,"ujarnya.

Baca Juga: Micro Tears Merusak Kulit, Salah Satu Penyebabnya Scrub Gula!

Memiliki gejala sama

Mengenai gejala yang dialami pasien, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan sejumlah gejalan ditimbulkan akibat terinfeksi mutasi virus corona B.1.1.7 ini sama dengan virus corona yang ada.

Menurut Zubairi, gejala yang paling sering muncul adalah batuk.

Baca Juga: Lagi Marak Isu Pelakor, Vanessa Angel Koar-koar Sebut Bibi Ardiansyah Diam-diam Kecantol Wanita Lain Hingga Buka Aib Sang Suami ke Publik

"Hampir sama, namun yang paling sering adalah batuk rupanya, jadi batuk itu sekitar 35 persen kasus, kemudian keletihan 32 persen, sakit kepala 32 persen, kemudian nyeri otot 25 persen kemudian nyeri tenggorokan dan demam," kata Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Rabu.

Kendati demikian, ia mengatakan, meski gejala yang ditimbulkannya hampir sama, masyarakat tetap harus peka terhadap gejala utama dari virus tersebut.

"Intinya gejala standar sama saja ada panas sesak, tapi itu gejala utama penting sekali," ujarnya.

Baca Juga: Inspirasi Pilihan Warna Lipstik Cantik Nan Elegan Ala Pemain Drama Korea Penthouse

Metode WGS

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan, mutasi virus corona B.1.1.7 ini ditemukan melalui metode pengurutan genom atau Whole Genome Sequence (WGS).

"Diurutkan genomnya untuk melihat keseluruhan asam nukleat pada virus, dari urutan itu kita tahu virus ini kelompok yang mana, ada mutasi apa saja, bisa diketaui salah satunya kalau ada varian baru," kata Amin saat dihubungi Kompas.com, Rabu.

Baca Juga: Selain Positif Covid-19, Dokter Ungkap Penyakit Penyerta Ini Jadi Penyebab Utama Rina Gunawan Meninggal!

Amin mengatakan, mutasi virus corona asal Inggris itu ditemukan oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan, setelah melakukan pengerjaan yang cukup lama.

Ia mengatakan, untuk mendeteksi individu terpapar Covid-19 dari mutasi virus corona B.1.1.7 bisa dilakukan melalui laboratorium polymerase chain reaction (PCR).

"Jadi dari PCR dulu, kalau PCR positif baru kita lihat kasusnya baru dilakukan WGS ke semua isolat, kita pilih apakah dia menular, apakah gambar jenis berbeda atau infeksi pernah sakit dan terinfeksi lagi," ujarnya.

Kewaspadaan masyarakat

Lebih lanjut, Amin mengatakan, penanganan Covid-19 dari mutasi virus corona ini masih sama seperti virus corona sebelumnya.

Baca Juga: Cara Mengatasi Jerawat di Leher Menurut Ahli Dermatologi, Simak Tipsnya!

Ia meminta masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 3 M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.

"Prosedur penanganannya itu semuanya sama virus mana pun tetap perlakuan kita sama, jadi standar sebagai kewaspadaan umum dari masyarakat 3 M da 3 T juga sama," pungkasnya. (*) Cece/StyloArtikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tentang Virus Corona B.1.1.7 dari Inggris yang Terdeteksi di Karawang", Penulis : Haryanti Puspa Sari, Editor : Krisiandi