Stylo Indonesia - Rutin menggunakan skincare untuk perawatan kulit adalah salah satu bentuk perhatian kita terhadap kulit sendiri.
Yap, niat menggunakan skincare untuk merawat kulit tentunya harus diimbangi dengan pemahaman yang tepat sebelum memutuskan untuk memakai skincare tersebut.
Salah satunya yaitu dengan memahami tipe kulit kita sendiri dan mengerti zat-zat aktif yang terdapat di dalam skincare tersebut.
Nah Stylovers, di tengah ragam pilihan skincare yang tersebar di pasaran, ternyata ada juga zat berbahaya yang berisiko menyebabkan kulit menjadi rusak.
Ada apa saja zat berbahaya yang bisa ditemukan dalam skincare yang bisa merusak kulit?
Yuk, kepoin daftarnya berikut ini.
Baca Juga: 3 Produk Skincare yang Sebenarnya Tidak Diperlukan Menurut Ahli Dermatologi, Masih Memakainya?
Pewangi dan pewarna buatan
Sebenarnya, penggunaan pewangi dan pewarna buatan sesekali nggak berbahaya, tapi tidak dianjurkan setiap hari.
Kalau kamu menggunakan skincare dengan pewangi dan pewarna buatan setiap hari, lama-lama akan timbut reaksi negatif pada kulitmu.
Pasalnya, pewangi dan pewarna buatan dibuat dari beribu-ribu bahan kimia, dimana semuanya tidak terjamin keamanannya bagi kulit.
Pada kulit sensitif, malah akan langsung terjadi reaksi kulit berupa kemerahan, iritasi dan jerawat.
Bahkan, kalau kamu punya alergi bisa jadi akan timbul peradangan, gatal-gatal atau parahnya, gangguan pernapasan.
Sulfat atau SLS
Sebenarnya, FDA atau Food and Drug Administration of US mengizinkan kandungan SLS pada makanan dan bahan pembersih rumah tangga.
Namun American Cancer Society menyatakan bahwa SLS dapat menyebabkan iritasi kulit ringan.
Sulfat sendiri dalam skincare berguna untuk membuat busa pada sabun dan mengelupas kotoran dnegan menarik minuak dan air.
Namun, sulfat dalam sabun dan sampo dapat menyerap banyak minyak alami dari kulit dan rambut sehingga jadi lebih kering.
Baca Juga: Tren Skincare 2021: Toner Centella Asiatica untuk Mengatasi Jerawat
Paraben
Paraben sendiri memiliki manfaat besar untuk menjaga sebuah kualitas produk agar tidak mudah rusak karena terkontaminasi jamur dan bakteri.
Namun sebuah studi di tahun 2014 mneyatakan resiko kanker payudara pada wanita meningkat akibat penggunaan produk dnegan kandungan paraben.
Paraben dalam jumlah kecil atau batas yang diperbolehkan masih aman digunakan, mengikuti standar dari BPOM.
Baca Juga: Menurut Psikolog, Inilah Penyebab Perempuan Usia Remaja dan Dewasa Muda Rentan Alami Masalah Mental
Hydroquinone
Zat hydroquinone seringkali digunakan untuk menangani hiperpigmentasi yang terjadi pada kulit.
Zat ini dikenal ampuh menghambat enzim tyrosinase, enzim penghasil pigmen di kulit.
Enzim tersebut memicu penumpukan pigmen (melanosom) di dalam sel, yang membuat kulit tampak lebih gelap.
Namun, hydroquinone sendiri adalah obat, bukan zat yang bisa dipakai secara umum dan tidak boleh digunakan sebagai produk kosmetik pemutih kulit.
Karena, dalam penggunaan jangka panjang kurang lebih 6 bulan, dapat mengakibatkan iritasi kulit dengan keluhan rasa kesemutan, terbakar, merah dan kering pada kulit.
Asam dan Vitamin C
Penggunaan kedua zat ini dihindari karena keduanya merupakan sama-sama zat aktif.
Untuk kulit yang kering, pemakaian zat aktif secara bersamaan ini dapat menyebabkan iritasi.
Untuk kulit berminyak memang lebih aman, namun sebaiknya beri jeda beberapa menit sebelum memakai produk berikutnya.
Baca Juga: Tren Skincare 2021: Viral! Serum Centella Asiatica untuk Kulit Sensitif dan Berjerawat
Itulah 5 bahan atau zat dengan resiko kerusakan kulit yang terkandung dalam skincare.
Sebaiknya, sebelum mencoba produk apapun, biasakan untuk melihat kandungan bahan dan zat dalam kemasan produk tersebut. Be a smart shopper! (*)