Faktor berikutnya adalah tekanan dari lingkungan pergaulan yang mulai meluas seiring dengan berkembangnya pertemanan individu saat memasuki tahap remaja.
“Teman-teman sudah mulai memperhatikan, maunya bersama dengan teman-teman, pendapat teman atau lingkungan sekitar sudah mulai dianggap penting. Waktu di luar sudah jauh lebih banyak (dibandingkan dengan keluarga),” lanjutnya.
Pada fase ini, seorang remaja sedang mengalami konformitas, di mana pendapat atau pengaruh teman-teman menjadi lebih dominan dibandingkan keluarga.
Faktor media sosial menjadi satu faktor tekanan tambahan yang membuat perempuan di usia remaja dan dewasa muda di era ini memiliki kerentanan tersendiri terhadap masalah mental.
“Sekarang kan kita sudah hidup di dunia yang antara real life sama media sosial itu kayak blur jadi satu. Bagi banyak orang, dunia media sosial itu adalah dunia kehidupannya. Pengakuan itu penting,” jelas Ayoe.
Di usia remaja hingga dewasa muda ini juga merupakan saat di mana seorang individu mengalami berbagai perubahan dan perpindahan dalam life event mereka.
Contohnya, dari pelajar SMA menjadi mahasiswa, kemudian dari kehidupan di kampus mulai masuk ke dunia kerja.