Secara umum karakter keluarga virus corona memiliki kemiripan karena diketahui lemah terhadap disinfektan.
Virus corona bisa menjadi nonaktif jika dihadapkan dengan disinfektan seperti alkohol dengan kadar 60-70%, hidrogen peroksida 0,5%, atau sodium hipoklorit 0,1% dalam waktu 1 menit.
Melansir laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), virus corona merupakan virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus) dengan pelindung lapisan lemak.
Karenanya, virus ini dapat dilemahkan dengan diseinfektan.
“Disinfektan dapat merusak lapisan lemak tersebut sehingga membuat virus corona cukup lemah dibandingkan dengan norovirus yang merupakan virus tanpa selubung dan virus lainnya yang memiliki cangkang protein yang lebih kuat,” ungkap Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI, Ajeng Arumsari di Bandung, Jawa Barat pada Senin (23/3), melansir Kompas.com (14 April 2020).
Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI, Chandra Risdian, mengungkapkan banyak produk rumah tangga umum mengandung konsentrasi bahan aktif yang sesuai untuk disinfeksi.
Dia menjelaskan, beberapa bahan aktif dan konsentrasi efektifnya telah terbukti efektif melawan virus corona berdasarkan studi literatur yang dilakukannya.
Berikut beberapa bahan aktif yang dimaksud tersebut: Accelerated hydrogen peroxide (0.5%), Benzalkonium chloride/quaternary ammonium/alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride) (0.05%), Chloroxylenol (0.12%) Ethyl alcohol atau ethanol (62-71%), Iodine in iodophor (50 ppm), Isopropanol atau 2-propanol (50%), Pine oil (0.23%), Povidone-iodine (1% iodine), Sodium hypochlorite (0.05 – 0.5%), Sodium chlorite (0.23%), Sodium dichloroisocyanurate (0.1-0.5%).
4. Virus Corona Sensitif Terhadap Suhu Tinggi
Melansir SCMP, tim dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, Ibu Kota Provinsi Guangdong China Selatan, menemukan hasil bahwa virus corona sangat sensitif terhadap suhu tinggi.
Fokus penelitian yang telah diterbitkan pada Februari lalu tersebut, yakni menentukan bagaimana penyebaran virus corona baru mungkin dipengaruhi oleh perubahan musim dan suhu.
Dalam laporan penelitian itu, ditemukan bahwa suhu panas memiliki peran yang signifikan terhadap perilaku virus.
Suhu dapat secara signifikan mengubah transmisi Covid-19 dan mungkin ada suhu terbaik untuk penularan virus.
Di mana, virus corona dikatakan dalam penelitian, sangat sensitif terhadap suhu tinggi, sehingga dapat mencegahnya menyebar di negara-negara yang beriklim hangat.
Sementara di negara dengan iklim yang lebih dingin, penyebarannya lebih mungkin terjadi.
Kesimpulan yang disarankan dalam penelitian, yakni negara dan wilayah dengan suhu yang lebih rendah mengadopsi langkah-langkah kontrol yang paling ketat.
Meski begitu, mereka tidak dianjurkan untuk hanya mengandalkan musim panas agar virusnya mati.
Jadi tetap patuhi protokol kesehatan, tingkatkan antibodi, sering mandi, harus ditegakann dengan baik dan benar.(*)
Artikel ini telah tayang di GridHealth.ID dengan judul "8 Bulan Pandemi Covid-19, Virus Corona Punya Banyak Titik Kelemahan"