Mengintip Modisnya Kota Marrakesh, Kota Mode Tersembunyi di Afrika Tempat Asal Baju Kaftan

By Cerysa Nur Insani, Kamis, 12 November 2020 | 14:20 WIB
Mengintip Modisnya Kota Marrakesh, Kota Mode Tersembunyi di Afrika Tempat Asal Baju Kaftan (lomurphy.com)

Stylo Indonesia - Baju kaftan mungkin sudah menjadi salah satu model pakaian yang tak asing bagi Stylovers, tapi tahukah Stylovers dari mana baju kaftan berasal?

Banyak yang belum mengetahui bahwa baju kaftan berasal dari Negara Maroko di Afrika yang beribukotakan Kota Marrakesh.

Kota Marrakesh sendiri dinobatkan sebagai salah satu kota mode tersembunyi di dunia dengan gaya fashion yang unik dan berbeda, lho!

Bahkan, tak sedikit desainer kelas dunia asal Eropa yang menjadikan Kota Marrakesh sebagai tempat favorit mereka hingga menjadikannya rumah kedua.

Dilansir dari Zoomer, inilah modisnya Kota Marrakesh yang disebut sebagai kota mode tersembunyi di Afrika.

Sebagai ibukota mode di Maroko, Marrakesh menggabungkan seni Afrika dengan pengaruh Eropa.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Belanja Online Sajadah Modern Ala Maroko

Kota mode ini lebih semarak dengan tujuan belanja, kuliner, seni, budaya, dan tempat menginap yang menakjubkan.

Marrakesh telah menyihir para desainer sejak tahun 60-an ketika Yves Saint Laurent menjadikan kota ini sebagai rumah keduanya, menyambut para pecintanya ke dalam ruangan vila mewah yang dirancang oleh teman baiknya yang juga seorang desainer interior Bill Willis, dengan dekorasi boho chic.

Dikenal sebagai salah satu perancang busana paling legendaris di dunia, Yves Saint Laurent dan rekannya Pierre Bergé pertama kali sampai di Maroko pada sebuah perjalanan di tahun 1966.

Keduanya langsung jatuh cinta dengan pemandangan kota dan memutuskan untuk membeli rumah liburan yang menjadi karya kreatif mereka.

Setelah kematiannya, di tahun 2018 Bergé bertujuan untuk melestarikan warisan sang desainer dengan memberikan penghormatan dengan cara yang paling megah dan elegan, yaitu mendirikan Yves Saint Laurent Museum di Marrakesh.

Museum ini memamerkan sekitar 5.000 potong pakaian dan 15.000 aksesoris yang dibuat sepanjang karier sang desainer. Karya ikonik seperti gaun Mondrian A-Line juga tersedia untuk dipajang.

Yves Saint Laurent Museum di Marrakesh, Maroko. (pinterest.com)

Di sini para penggemar dapat menyaksikan bagaimana Maroko menjadi sumber inspirasi yang kaya bagi sang desainer.

Selain museum tersebut, penggemar Yves Saint Laurent juga dapat memasuki dunia glamour sang desainer dengan mengunjungi Le Jardin Majorelle yang indah.

Le Jardin Majorelle, villa peninggalan desainer Yves Saint Laurent di Marrakesh, Maroko. (www.voyageway.com)

Bangunan ini awalnya dirancang oleh pelukis Prancis Jacques Majorelle, kemudian Yves dan rekannya memperoleh Villa Oasis dan kemudian menggabungkannya dengan Jardin yang mempesona (berarti taman dalam bahasa Prancis).

Taman ini adalah karya seni yang hidup dan berkembang yang menawarkan tanaman eksotis dan spesies langka yang dikurasi secara pribadi oleh sang desainer.

Baca Juga: Kolaborasi Desainer Dua Negara Jovian X Ria Miranda Luncurkan Koleksi Moroccan Style Fashion 2019

Ruang ini menjadi saksi kisah petualangan sang desainer dan karena nilai sentimentalnya, tempat ini bisa menjadi memorial yang gratis dikunjungi bagi penggemar untuk memberikan penghormatan.

Gianni Agnelli, the Rolling Stones, dan Talitha Getty termasuk dalam daftar orang berpengaruh di bidang fashion yang berbondong-bondong ke Marrakesh.

Bicara soal Marrakesh, tentunya kita tidak bisa melupakan pakaian paling simbolis dari Maroko yaitu baju kaftan.

Editor mode ikonik Diana Vreeland melihat kaftan di sini, dan memercikkannya ke halaman Vogue.

Gaya kaftan khas yang aslinya berasal dari Maroko. (www.middleeastmonitor.com)

Hermès mendirikan Royal Polo Club sementara keluarga Bulgari melapisi tempat tinggal mereka dengan ubin dan tekstil Moor, dan Sir Richard Branson membuka hotel di kota ini.

Ahli parfum Serge Lutens, yang tergoda oleh aroma pasar yang dipenuhi dengan tuberose, vanilla, dan chypre, telah tinggal di sini sejak tahun 70-an, menciptakan parfum legendaris Féminité du Bois hingga Ambre Sultan.

Budaya dan kesenian Afrika Utara, berpadu dengan keanggunan Eropa, menjadikan Marrakesh sebagai ibukota mode yang kontras dan unik.

Semakin hari, kota Marrakesh menjadi semakin dinamis dari sebelumnya. Ekspatriat kreatif bergabung dengan generasi muda Marrakesh, membuka galeri, butik, hotel, dan acara baru.

Tujuan Belanja di Marrakesh

Tidak mengherankan jika tujuan berbelanja di Marrakesh cukup spektakuler.

Suasana belanja busana bergaya khas Maroko di Kota Marrakesh. (www.cazloyd.com)

Supermodel Kate Moss adalah penggemar Ministero del Gusto, sebuah emporium furnitur terinspirasi gaya Afrika yang dijalankan oleh mantan editor Vogue Italia Alessandra Lippini.

Baca Juga: Intip Serunya Kegiatan Influencer Indonesia Saat Berbelanja di Maroko

Dikirim ke Maroko untuk mengawasi produksi brand dari Kenzo hingga Lacroix, pada tahun 2015, Ludovic Petit memulai debutnya Lup 31 untuk memamerkan desainnya sendiri di Afrika Utara.

Isabelle Topolina, pembuat pola couture dari Normandy, menyediakan trio toko eponim dengan pakaiannya yang cerah.

Laetitia Trouillet dari Marseille memulai kariernya sebagai pembelanja pribadi untuk Sarah Jessica Parker dan Gwyneth Paltrow dan sekarang menjalankan butik asesorisnya sendiri, Lalla.

Sandal kulit khas Maroko atau babouches yang dirancang oleh Christian Louboutin untuk Royal Mansour Hotel di Marrakesh. (Oleksandra Korobova)

Christian Louboutin secara spesial merancang sandal kulit bergaya khas Maroko atau babouches untuk Royal Mansour Hotel di Marrakesh.

Nah, itu dia Stylovers modisnya Kota Marrakesh yang menjadi kota mode tersembunyi di Afrika. Menarik, bukan? (*)