Pada abad ke-18, couturier Rose Bertin diangkat sebagai Menteri Mode dan posisinya masih dipertahankan di era Napoleon.
Awalnya, orang kaya dan berkuasa yang memberi tahu para desainer apa yang ingin mereka kenakan dalam pakaian, tetapi pada abad ke-19, hal ini berubah.
Yang mengherankan, justru orang Inggris yang bekerja di Paris yang kemudian menjadi bapak dari Haute Couture modern, yaitu Charles Worth.
Ia melangkah lebih jauh, membuat desain berdasarkan ide-idenya sendiri dan menampilkannya di model langsung sehingga klien dapat menyetujui atau tidak setuju.
Kebaruan itu dianggap sukses dan desainer kemudian mulai mendikte apa yang dianggap modis.
Sejak saat itu, dapat dipahami bahwa setiap desainer yang ingin sukses harus berada di Paris dan menjadi bagian dari rumah couture atau membentuknya sendiri.
Paris adalah rumah bagi peragaan busana dan semua majalah mode berpusat di atau mencari informasi di Paris. Bagi wanita di seluruh dunia Barat, Paris adalah pusat dari semua pakaian.
Kekuatan Paris
London, New York, dan Milan semuanya dapat mengklaim dirinya sebagai kota mode. Apalagi saat Perang Dunia II, New York dan London melakukan terobosan saat Paris diduduki Jerman.
Tapi ketika perang usai, desainer kembali ke Paris dan couture kembali berkuasa. Chanel masih populer, tetapi Dior menjadi salah satu desainer paling berpengaruh di abad pertengahan.
Bergabung dengan Yves Saint Laurent dan desainer terkemuka lainnya, Paris memperkuat cengkeramannya pada gaya.