Stylo Indonesia - Stylovers pastinya sudah tak asing dengan jenis sepatu berhak tinggi atau high heels.
Sepatu ini seolah menjadi barang wajib untuk para perempuan saat menghadiri acara formal, pesta, atau untuk terlihat lebih feminin pada penampilan sehari-hari.
Sepatu high heels memang sejak lama menjadi simbol atas femininitas perempuan.
Hal ini bahkan juga terlihat dengan penggunaan gambar sepatu high heels untuk membedakan toilet perempuan dan laki-laki (yang biasanya menggunakan gambar sepatu pantofel) di beberapa tempat umum.
Namun, siapa sangka saat diciptakan untuk pertama kalinya, sepatu berhak tinggi justru merupakan barang untuk laki-laki?
Baca Juga: 4 Zodiak Ini Paling Cocok Pakai Sepatu Heels, Ratunya Fashion!
Dilansir dari Teen Vogue, inilah kisah sepatu high heels yang sebenarnya pertama kali diciptakan untuk laki-laki.
Faktanya, selama beberapa dekade sejak awal diciptakannya, sepatu hak tinggi justru digunakan oleh para tentara pria, bangsawan, dan bahkan bangsawan di berbagai belahan dunia karena sebuah alasan tertentu.
Dan fakta ini hanyalah sebagian kecil dari sejarah mengejutkan dari sepatu high heels.
Asal usul sepatu hak tinggi dapat ditelusuri kembali dari Persia pada abad ke-15 ketika tentara memakainya untuk membantu mengamankan kaki mereka di piajakan kaki saat mengendarai hewan.
Para migran Persia membawa tren sepatu ini ke Eropa, di mana para bangsawan pria memakainya agar terlihat lebih tinggi dan lebih tangguh.
Di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-17, para perempuan kelas atas Eropa menggunakan penopang yang membuat mereka menjadi terlihat menjulang.
Sepatu dengan penopang sangat tinggi bahkan bisa mencapai 54 cm ini terutama populer di Venesia.
Sepatu dengan penopang ini benar-benar tersembunyi di balik rok yang digunakan oleh para perempuan di masa itu.
Semakin tinggi penopangnya, artinya semakin banyak juga kain yang dibutuhkan untuk membuat gaun itu, yang kemudian menunjukkan semakin tinggi status sosial seorang perempuan.
Baca Juga: Meski Terlihat Modis, Inilah 5 Bahaya Terlalu Sering Pakai High Heels Bagi Kesehatan
Pada 1673, Raja Louis XIV memperkenalkan sepatu dengan bagian tumit dan sol berwarna merah ke pengadilan Prancis.
Ia membatasi pemakaian sepatu seperti itu untuk kalangan bangsawannya.
Praktik ini kemudian diambil oleh keluarga kerajaan di seluruh Eropa dan menjadi sangat populer.
Di Cina, ada sebuah praktik mengikat kaki yang tidak mati sampai awal abad ke-20, menghasilkan gaya berjalan yang mirip dengan yang dihasilkan oleh sepatu hak tinggi modern.
Terlepas dari kelainan bentuk yang menyakitkan, tubuh dapat menyesuaikan seiring waktu dengan batasan kaki kecil yang terikat, yang panjangnya sekitar empat inci.
Teknologi Technicolor untuk memproduksi film pertama kali diperkenalkan pada tahun 1916.
Produksi besar pertama yang menggunakan proses warna dibuat pada tahun 1939 untuk The Wizard of Oz dan Gone with the Wind.
Dalam novel L.Frank Baum The Wizard of Oz, sepatu Dorothy yang awalnya berwarna perak diubah menjadi merah agar film tersebut dapat memanfaatkan proses Technicolor baru secara maksimal.
Baca Juga: Jenis-jenis High Heels untuk Tampil Modis yang Wajib Kamu Ketahui
Kisah sepatu high heels paling internasional dan mungkin paling tua adalah tentang seorang gadis berbudi luhur yang status sosialnya terangkat menjadi lebih tinggi karena sepatu hak tingginya: Cinderella.
Kisah 'uji sepatu' Cinderella dapat ditelusuri kembali ke Mesir abad pertama.
Dalam kisah itu, dan dalam kisah serupa dari Afrika hingga Eropa dan melalui budaya penduduk asli Amerika, sepatu high heels ikonik sang protagonis selalu indah dan mewakili pentingnya kekuatan dan keajaiban sepatu.
Nah, itu dia Stylovers kisah sepatu high heels yang sebenarnya pertama kali diciptakan untuk laki-laki. Menarik, bukan? (*)