Stylo Indonesia - Protokol kesehatan dilakukan oleh pihak PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) selama pandemi Covid-19.
Salah satunya adalah diwajibkan bagi penumpang KRL untuk menggunakan masker.
VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba mengatakan, calon penumpang dianjurkan menggunakan masker yang efektif menahan droplet atau cairan.
Baca Juga: Wajib Tahu! Mulai Minggu Depan Penumpang KRL Wajib Pakai Baju Lengan Panjang, Ini Alasannya!
"Hindari penggunaan jenis scuba maupun hanya menggunakan buff atau kain untuk menutupi mulut dan hidung," ujar Anne seperti yang dilansir Stylo Indonesia dari Kompas.com.
"Gunakan setidaknya masker kain yang terdiri dari minimal dua lapisan," kata Anne.
Kualitas buff dan masker scuba
Buff
Dalam penelitian yang dilakukan ilmuwan Duke University, buff tak dapat mencegah droplet (tetesan pernapasan) keluar dari mulut saat berbicara.
Seperti kita tahu, droplet yang keluar saat berbicara, batuk, dan bersin adalah jalur masuk penularan virus corona Covid-19.
Pemimpin studi sekaligus spesialis pencitraan molekuler Martin Fischer memastikan, ketika orang berbicara dan droplet keluar mulut artinya risiko penularan penyakit tetap tinggi.
Hasil riset yang terbit di jurnal Science Advances edisi 7 Agustus 2020 menunjukkan buff adalah jenis masker yang paling tidak efektif mencegah transmisi.
Bahkan dalam riset itu disebutkan, orang yang memakai buff jauh lebih buruk dibanding orang yang tidak memakai masker sama sekali.
Menurut para peneliti, buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara.
"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibanding tidak memakainya sama sekali. Tapi, hal itu salah," kata Fischer.
"Kami mengamati bahwa jumlah droplets meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplets menjadi partikel berukuran lebih kecil. Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," paparnya.
Penelitian ini membuktikan, tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.
Masker scuba
Dilansir Kompas.com edisi 14 April 2020, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir menjelaskan dasar pengujian kinerja utama masker.
Setidaknya ada tiga tahapan dalam pengujian kinerja masker, antara lain:
- Uji filtrasi bakteri (bactrial filtration efficiency)
- Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency)
- Uji permeabilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker)
Menurut dia, masker kain dengan bahan yang lentur seperti scuba, pada saat dipakai akan melar atau merenggang.
Hal ini membuat kerapatan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.
Akibatnya, peluang partikular virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.
"Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar," ungkapnya. (*) Dinda Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masker Scuba dan Buff Dilarang di KRL, Begini Penjelasan Sains" Editor: Gloria Setyvani Putri