Bak Tersambar Petir! Pertempuran Tiongkok dan Amerika Serikat di Laut China Selatan Diprediksi Buruk Bagi Indonesia, Mantan Kepala Intelijen TNI Ungkap Penjelasannya

By Stylo Indonesia, Selasa, 1 September 2020 | 17:15 WIB
Kapal Induk (National Interest)

Stylo.ID - Perseteruan antara Tiongkok dan Amerika Serikat ternyata diramal akan berdampak buruk bagi negara kita.

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto meyakini Indonesia akan terdampak jika Amerika dan China bertempur di Laut China Selatan.

Soleman mengatakan dari sisi lingkungan setidaknya laut Indonesia akan tercemar.

Tidak hanya itu, ia juga meyakin Indonesia akan kedatangan pengungsi perang dari sekitar Laut China Selatan.

Hal tersebut diungkapkan Soleman ketika menanggapi pertanyaan seorang peserta Diskusi Webinar bertajuk "Polemik Rancangan Perpres Tentang Tugas TNI dalam Mengatasi Terorisme" yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Selasa (9/6/2020).

Baca Juga: Hore! Kemensos Berikan Bantuan 500 Ribu Rupiah untuk Semua Keluarga Indonesia, Begini Cara Mendapatkannya

"Bagaimana laut itu akan menjadi kotor. Bagaimana terjadi pencemaran lingkungan. Pasti akan berdampak kepada Indonesia. Bagaimana nanti kalau ada pengungsi datang ke mana, ke Indonesia lagi."

"Kita ingat bagaimana kasus Pulau Galang yang penuh dengan pengungsi. Sehingga apa yang akan terjadi dengan Laut China Selatan pasti akan berdampak kepada Indonesia," kata Soleman.

Diberitakan sebelumnya, situasi di kawasan Laut China Selatan kembali memanas.

Baru-baru ini, Shandong, kapal induk pertama yang China buat di dalam negeri, melakukan uji coba laut pada 22 Mei lalu, CCTV melaporkan. Pandemi virus corona menghambatnya untuk turun ke laut.

Baca Juga: Bak Petir Menyambar, Krisdayanti Gigit Jari Karen Terpaksa Berpisah dengan Raul Lemos di Tengah Kebahagiaan Pernikahannya: Kami Terpisahkan Satu Sama Lain..

Ini pertama kali kapal induk Shandong turun ke laut untuk latihan sejak penugasan secara resmi ke Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akhir tahun lalu.