Stylo.ID - Setiap orang tentu memiliki tingkat gairah yang berbeda-beda.
Seringkali ada anggapan bahwa seseorang yang memiliki libido tinggi tergolong hiperseks.
Padahal, hal itu belum bisa dipastikan tepat atau tidak loh, Stylovers!
Baca Juga: Hot di Ranjang, 6 Zodiak Ini Diam-diam Punya Gairah Seks yang Tinggi!
Seperti yang dilansir Stylo.ID dari Kompas.com, hiperseks sebetulnya bisa digolongkan ke dalam gangguan yang disebut kecanduan seks.
Disebut kecanduan karena berupa keinginan atau perilaku yang sulit dikontrol sampai berdampak negatif terhadap kesehatan, pekerjaan, relasi dengan orang lain, dan aspek-aspek kehidupan lainnya.
Sebenarnya, seperti apa ciri-ciri seseorang yang mengalami hiperseks?
- Ketidakmampuan untuk menahan dorongan seksual.
- Tidak mampu menghormati batasan yang diterapkan oleh orang yang menjadi obyek dorongan seksualnya.
- Terobsesi untuk menarik hati orang lain, sensasi jatuh cinta, dan memulai relasi romantis yang baru. Akibatnya, penderita selalu gagal dalam menjaga hubungan dengan pasangan.
- Tidak adanya keterikatan ketika melakukan hubungan intim, sehingga tidak mampu memberi kepuasan emosional.
- Merasa sangat terdorong untuk melakukan aktivitas seks tertentu.
- Merasakan hilangnya perasaan tertekan setelah melakukannya, tetapi sekaligus merasa malu dan menyesal.
- Terus melakukan aktivitas seksual meskipun ada konsekuensi yang serius dari aktivitas tersebut, seperti tertular infeksi menular seksual, putus hubungan dengan pasangan, menjadi skandal di tempat kerja, bahkan terlibat masalah hukum.
- Menghabiskan waktu dan tenaga yang berlebihan hanya demi memenuhi dorongan seksual dan memenuhi fantasi seksual yang intens.
- Mengorbankan relasi sosial, pekerjaan, atau aktivitas rekreasi yang lain demi memenuhi dorongan seksual.
- Ketika dorongan seksual tidak terpenuhi, timbul perasaan cemas, tertekan, gelisah, bahkan perilaku agresif.
- Menggunakan aktivitas seksual sebagai pelarian dari masalah-masalah lain, misalnya kesepian, depresi, stres, dan kecemasan.
Baca Juga: Haruskah Pakai Masker Saat Berhubungan Seks Agar Tidak Terinfeksi Covid-19?
Pengidap hiperseks, baik wanita maupun pria, umumnya tidak menyadari bahwa dirinya menderita gangguan ini.
Oleh karena itu, butuh bantuan dari orang-orang di sekitarnya untuk menyadarkan penderita dan membujuknya untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis jiwa atau psikolog.
Itulah sebabnya, mengetahui ciri-ciri seorang hiperseks, penting, baik bagi pengidapnya ataupun orang-orang terdekatnya, agar bisa membantu mengobatinya.
Penderita kemudian akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis serta tingkat keparahan kondisi yang dialami.
Dokter juga akan membedakan apakah pasien benar-benar menunjukkan perilaku hiperseks atau sekedar mengalami libido yang tinggi.
Hiperseks vs libido tinggi
Hiperseks dan memiliki libido tinggi memang seringkali dianggap sama, padahal ada perbedaan antara hiperseks dari kondisi gairah seks yang tinggi:
- Pengidap hiperseks umumnya tidak dapat mengendalikan dorongan dan perilaku seksualnya.
- Pengidap hiperseks akan tetap melakukan aktivitas seksual meskipun berbahaya atau membawa konsekuensi negatif.
- Lelaki dan perempuan yang memiliki libido tinggi memang memiliki ketertarikan seksual pada orang lain, tapi bukan hanya itu yang menjadi fokus mereka.
Kenapa hiperseks bisa terjadi?
Kadar zat kimiawi otak yang terlalu tinggi mungkin berkaitan dengan perilaku seksual kompulsif alias hiperseks.
Tidak diketahui dengan jelas apa penyebab hiperseks atau perilaku kecanduan seks.
Namun beberapa di bawah ini diduga bisa menjadi pemicunya:
1. Ketidakseimbangan kimiawi otak alami
Beberapa zat kimiawi otak atau neurotransmitter, seperti serotonin, dopamine dan norepinefrin, berfungsi mengatur suasana hati.
Kadar zat kimiawi otak yang terlalu tinggi mungkin berkaitan dengan perilaku seksual kompulsif alias hiperseks.
Baca Juga: Minim Rasa Sakit, Siapkan 5 Gaya Seks Ini untuk Pemula Biar Sensasinya Makin Menggairahkan!
2. Perubahan pada jalur-jalur di otak
Hiperseks adalah suatu bentuk kecanduan yang lama-kelamaan bisa mengubah sirkuit saraf di otak, terutama pada area otak yang mengatur penguatan dan kenikmatan.
Seiring waktu, akan dibutuhkan stimulasi dan konten seksual yang lebih intens untuk mencapai kepuasan.
3. Kondisi medis yang berpengaruh pada otak
Beberapa penyakit tertentu bisa merusak bagian otak yang terkait dengan perilaku seksual, misalnya epilepsi dan demensia.
4. Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan untuk penyakit tertentu juga bisa menimbulkan efek perilaku seksual kompulsif.
Baca Juga: Pilu! Beginilah Curahan Hati Pekerja Seks di Tengah Pandemi Covid-19
5. Akses konten seksual dan pornografi
Mudahnya akses terhadap konten seksual dan pornografi pun dikatakan turut meningkatkan risiko terjadinya gangguan hiperseks.
Orang-orang yang memiliki masalah kecanduan alkohol atau narkoba, mengalami gangguan suasana hati, konflik keluarga, atau pernah mengalami kekerasan seksual juga dikatakan lebih rentan mengidap hiperseks.
Cara menangani hiperseks
Untuk menangani pengidap hiperseks, biasanya diperlukan kombinasi psikoterapi, obat-obatan dan terapi dalam kelompok (support group).
Tujuan dari penanganan adalah membantu pengidap hiperseks supaya mampu mengendalikan dorongan seksual dan mengurangi perilaku seksual yang berlebihan.
Untuk memastikan diagnosis, bujuklah penderita agar mau menjalani pemeriksaan dari dokter spesialis jiwa maupun psikolog.
Ini dapat membantu kita lebih bijak dalam mengendalikan nafsu seks.
Dukungan dari keluarga dan orang terdekat akan membantu penderita untuk berkomitmen dalam menjalani penanganan hiperseks agar bisa menuju kesembuhan. (*) Dinda Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ciri-ciri Orang Hiperseks, Apakah Sama dengan Libido Tinggi?" Editor: Wisnubrata