Berkurangnya akses ke layanan kesehatan adalah masalah yang dihadapi pekerja seks secara global, menurut Prof Sanders.
Masalah ini semakin parah di daerah di mana ada permintaan tinggi untuk obat antivirus reguler dari mereka yang hidup dengan HIV.
"Ada masalah nyata di seputar minimnya akses," katanya.
Prof Sanders bekerja dengan sebuah tim di Nairobi untuk mengembangkan aplikasi "gaya Uber" yang akan memungkinkan pekerja seks memesan obat dengan menggunakan telepon mereka dan mengirimkannya
"Ini dikirim langsung kepada mereka melalui moda transportasi bukan orang yang datang ke klinik," katanya.
Kembali ke rumah bordil Daulatdia, pekerja seks lain yang tidak ingin disebutkan namanya baru saja menengok putrinya, yang tinggal di di kota terdekat khusus untuk anak-anak pekerja seks.
Bahkan seandainya rumah bordil itu akan dibuka kembali, tentu membutuhkan waktu yang lama untuk bangkit, katanya.
"Orang-orang takut jika mereka mendatangi kami, mereka mungkin tertular," katanya.
"Kami juga takut. Kami mungkin terinfeksi dari mereka. Ketakutan terinfeksi ini akan muncul setiap saat." (*) Dinda Stylo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Curahan Hati Pekerja Seks di Tengah Pandemi Covid-19: Banyak Konsumen Melupakan Saya"Editor: Miranti Kencana Wirawan