Didi Kempot Meninggal Dunia, Simak Fakta Soal Disfungsi Diastolik yang Diduga Jadi Penyebab Sang Maestro Tutup Usia!

By Stylo Indonesia, Selasa, 5 Mei 2020 | 13:39 WIB
Didi Kempot Meninggal Dunia, Simak Fakta Soal Disfungsi Diastolik yang Diduga Jadi Penyebab Sang Maestro Tutup Usia! (Tribunnews.com)

 

Stylo.ID - Berita duka cita kembali terdengar dari industri musik Tanah Air.

Setelah meninggalnya Glenn Fredly pada bulan Juni lalu, kini kabar duka datang dari sang maestro Didi Kempot.

Dilansir Stylo.ID dari Kompas.com, Didi Kempot meninggal dunia usai dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, karena mengeluh badannya panas.

Baca Juga: Menangis di Sisi Jenazah Suami, Cantiknya Sosok Yan Vellia, Istri Didi Kempot yang Baru Berusia 37 Tahun yang Setia denga Pasangan Hingga Akhir Hayat

Diduga, pria yang dijuluki God Father of Broken Heart itu tutup usia karena serangan jantung.

Hingga saat ini, kematian yang disebabkan oleh jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2015, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung.

Salah satu penyakit terkait jantung yang jarang disadari adalah disfungsi diastolik (DD), yaitu kondisi di mana jantung tidak dapat rileks dengan cepat.

Disfungsi Diastolik berbahaya dan diyakini berkaitan dengan gejala gagal jantung kongestif pada pasien yang memiliki cadangan fraksi ejeksi ventrikel kiri, menurut ahli jantung, Wael Jaber, MD.

Baca Juga: Didi Kempot Meninggal Dunia karena Serangan Jantung, Sempat Keluhkan Gejala Ini Sebelum Dilarikan ke Rumah Sakit

Kondisi ini telah lama diasosiasikan dengan hipertensi paru, edema paru, dan penyakit katup.

Disfungsi diastolik dapat memengaruhi kesehatan

Jika kita menderita disfungsi diastolik, kita memiliki peningkatan risiko kematian, bahkan jika fungsi sistolik kita normal dan tidak memiliki masalah lain dengan fungsi jantung, menurut studi yang ditulis Dr. Jaber.

Jika fungsi sistolik normal, itu berarti ventrikel kiri jantung kita dapat berkontraksi dengan baik dan benar dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Jaber mencatat, masalah relaksasi disfungsi diastolik yang terisolasi dengan jantung, meski pengaturan fungsi pemompaan sistolik berjalan normal, akan membawa risiko signifikan untuk kematian.

Penelitian Dr. Jaber dan timnya juga menunjukkan, peningkatan kesadaran di kalangan dokter jantung tentang seberapa signifikan disfungsi diastolik bisa membantu mengenali kondisi sebelumnya pada mereka yang berisiko, terutama sebelum mereka memperlihatkan gejala apa pun.

Bisakah disfungsi diastolik dicegah?

Meski tidak semua jenis gagal jantung dapat dicegah, masih ada langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk menurunkan risiko kondisi yang menyebabkan disfungsi diastolik.

Jika kita menunjukkan gejala DD, dokter akan memeriksa dan memutuskan apakah gejalanya ringan, sedang, atau berat.

Baca Juga: Kabar Duka Didi Kempot Meninggal, Diduga Alami Serangan Jantung

Menurut penelitian yang dilakukan terkait DD dan risiko penyakit jantung, DD asimptomatik (tidak menimbulkan gejala) adalah umum pada populasi general, bahkan pada pasien tanpa gagal jantung.

Hal ini meningkat seiring bertambahnya usia dan biasa ditemui pada wanita yang lebih tua dengan hipertensi sistemik dan hipertrofi ventrikel.

"Jantung menjadi kurang efisien untuk rileks seiring bertambahnya usia," kata Dr. Jaber.

"Ketika pasien datang untuk mendapatkan ultrasound jantung (ekokardiogram) setelah mengalami gejala seperti sesak napas, mereka harus bertanya tentang pemompaan dan relaksasi."

Ada banyak langkah yang dapat diambil untuk mencegah disfungsi diastolik.

Langkah-langkah yang dimaksud antara lain berhenti merokok, membatasi alkohol, mengubah pola makan, penurunan berat badan dan mengendalikan hipertensi, kolesterol tinggi serta penyakit arteri koroner.

Baca Juga: Miris! Seorang Kakek Reaktif Corona Meninggal di Angkot Karena Ditolak Rumah Sakit

Sering berolahraga dan melakukan perawatan diabetes juga harus dipertimbangkan, kata Dr. Jaber.

Kita harus memeriksakan diri ke ahli jantung untuk menentukan penyebab relaksasi yang tidak normal.

Ini bisa jadi merupakan sinyal munculnya masalah lain.

Mengetahui fungsi diastolik kita dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung, kata Dr. Jaber.

"Sebelumnya, ketika seorang pasien datang dengan relaksasi jantung yang abnormal, risiko ini tidak diketahui," katanya.

"Sekarang kita tahu, disfungsi diastolik bukanlah hal wajar. Ini diterjemahkan ke dalam tingkat kematian yang lebih tinggi dan tidak boleh diabaikan." (*) Dinda Stylo

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Disfungsi Diastolik, Pemicu Kematian yang Jarang Diketahui" Penulis: Gading Perkasa